Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Setelah Mobil, Kini Giliran Pesawat Listrik Siap Dobrak Pasar Dunia

Koran SINDO , Jurnalis-Minggu, 23 Juni 2019 |11:05 WIB
Setelah Mobil, Kini Giliran Pesawat Listrik Siap Dobrak Pasar Dunia
Foto Pesawat (Ilustrasi: Okezone)
A
A
A

Pameran industri pesawat udara ini juga menjadi momen penting bagi dua raksasa Eropa. Hal itu ditandai dengan pem belian unit bisnis listrik dan baling-baling udara listrik-hibrida, eAircraft, milik Siemens oleh Rolls-Royce. Kesepakatan itu diperkirakan ditutup akhir tahun ini. Bisnis eAircraft berbasis di Jerman dan Hungaria serta mempekerjakan sekitar 180 pakar yang mengembangkan sistem propulsi listrik dan hibrida. “Elektrifikasi akan memiliki dampak dramatis pada penerbangan saat menggantikan mesin piston oleh turbin gas. Kita berada di fajar era ketiga penerbangan,” papar Direktor Rolls-Royce Rob Watson.

Aksi korporasi lain adalah kesepakatan antara produsen mesin pesawat United Technologies untuk melakukan merger dengan kontraktor pertahanan Raytheon. Diketahui, United Technologies adalah perusahaan teknologi yang memasok mesin dan perangkat penting untuk produsen pesawat. Merger ini juga mempertegas komitmen United Technologies yang kini memiliki proyek pesawat listrik hibrida. Targetnya, pesawat itu mengudara pada 2022. Produsen pesawat Eropa, Airbus, juga tak mau ketinggalan.

Mereka menargetkan menguji pesawat hibrida pada 2022. Rencana ini diumumkan setelah perusahaan berbasis di Paris, Prancis, itu berkolaborasi dengan perusahaan Eropa lainnya, Daher dan Safran, untuk mewujudkan ide tersebut. Airbus menyatakan pekan ini pihaknya telah menandatangani nota kesepahaman dengan SAS Scandinavian Airlines untuk riset pesawat listrik dan hibrida. Sebelumnya startup asal Inggris, Faradair, merilis sejumlah rancangan pesawat paling ramah lingkungan di dunia. Pesawat kecil ini ditenagai oleh mesin biodiesel 1.600 tenaga kuda yang akan bekerja bersama sejumlah baterai untuk terbang pada kecepatan hingga 230 mil per jam.

Daily Mail melansir, pesawat hibrida tersebut supersenyap dengan 18 kursi yang dibuat dari komposit-karbon. Pesawat ini didesain untuk menempuh penerbangan jarak pendek. Proses lepas landas dan pendaratan akan dilakukan dengan motor listrik bertenaga baterai. Sementara mesin akan menjadi sumber tenaga utama pada saat fase penerbangan cruising sambil mengisi ulang baterai dengan bantuan panel surya. Faradair yang berbasis di Cirencester, kota berjarak 80 mil di barat laut London, bermitra dengan Universitas Swansea dalam menyempurnakan desain sayap untuk memaksimalkan daya angkat. Konsep pesawatnya disebut BEHA M1H. Desain pesawat itu memudahkan pesawat lepas landas dan mendarat di landasan pacu dengan panjang hanya 300 meter.

Selain itu maskapai Amerika Serikat EasyJet juga telah menjalin kemitraan dengan produsen pesawat listrik Wright Electric asal Inggris. Pesawat listrik ini nantinya akan mengangkut penumpang untuk penerbangan jarak pendek seperti dari New York ke Boston, London ke Paris, atau Seoul ke Jeju. Maskapai tersebut mengatakan listrik yang dibenamkan di pesawatnya akan menempuh jarak tempuh 335 mil.

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement