JAKARTA - PT Hero Supermarket Tbk menutup enam gerai ritel modern miliknya, Giant. Untuk menghabiskan stok yang tersisa sekaligus memberikan pelayanan kepada pelanggan setiannya, Giant memberikan diskon banting harga hingga 28 Juli 2019.
Presiden Direktur Hero Supermarket Patrik Lindvall pernah mengatakan, tren bisnis Hero Group dalam beberapa tahun terakhir menunjukkan penurunan pada lini bisnis makanan, yaitu Hero dan Giant. Meski begitu, lini bisnis non-makanan dari IKEA dan Guardian mengalami peningkatan.
Baca Juga: Jelang Tutup, Giant Diserbu Ibu-Ibu
Pada kuartal I-2019, penjualan Hero Group secara umum naik 0,5% menjadi Rp3,06 triliun. Namun, kerugian yang dialami belum berubah di kisaran Rp4 miliar.
Lindval mengatakan, penjualan makanan yang menyumbang 75% pendapatan Hero Group turun 5 persen menjadi Rp2,34 triliun. Hero Group berupaya melakukan konsolidasi toko agar produktivitas dan profitabilitas meningkat.
"Bisnis makanan mencatat kerugian operasi sebesar Rp64 miliar di biaya-biaya perseroan yang tidak dialokasikan, dibandingkan dengan Rp78 miliar pada periode yang sama tahun lalu," ujarnya Jakarta, Senin 24 Juni 2019.
Baca Juga: Ini Dugaan Penyebab Giant Tutup 6 Toko di Jabodetabek
Sementara itu di tempat terpisah, Direktur PT Hero Supermarket Tbk Hadrianus Wahyu Trikusumo mengakui, penutupan gerai Giant merupakan respons atas perilaku konsumen yang berubah dengan cepat.
"Ini bukanlah hal yang mudah, tetapi perlu dilakukan guna merespons perilaku konsumen yang berubah dengan cepat," kata Hadrianus.
Senada dengan Hadrianus, Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy N Mandey mengakui adanya penurunan transaksi pangan, baik makanan dan minuman, akibat bergesernya perilaku konsumen. Konsumen lebih memilih kuliner di luar rumah sebagai gaya hidup masyarakat global.