Sementara untuk impor migas, Sri Mulyani mengakui ada peningkatan kebutuhan di dalam negeri sedangkan produksi migas malah di bawah prediksi.
"Selama ini kalau kita lihat, sampai semester I produksi minyak dan gas kebetulan di bawah yang kita asumsikan awal, jadi dari sisi kuantitatif turun. Tahun ini juga kebetulan kurs maupun harga minyak lebih rendah, jadi penerimaan kita dari sisi migas mengalami penurunan, namun kebutuhan di dalam negeri itu meningkat sehingga memang harus dipikirkan strategi dari hulunya bagaimana ditemukan sumur-sumur (minyak) yang baru, yang ada harus memproduksi lebih banyak dan kemudian gas juga sama," katanya.
Selain meningkatkan produksi, Sri Mulyani menilai bahwa kebutuhan migas di dalam negeri harus dicari substitusinya seperti implementasi B20.
"Dalam hal ini juga untuk kebutuhan dalam negeri apakah bisa ada subtitusinya seperti B20, implementasinya seperti apa? Itu yang mungkin lebih perlu diperhatikan karena selain neraca pembayaran, nanti juga terlihat juga di dalam APBN kita. Ini kan sedang diluncurkan, jadi belum kelihatan efektivitasnya," katanya.
Sedangkan Menteri BUMN Rini Soemarno menyatakan dirinya tidak apa-apa ditegur oleh Presiden.
"Oh kalau ditegur mah enggak apa-apa. Nggak apa-apa, ya kita harus lebih kerja keras mengingat impor kita turun, tapi lebih turun lagi ekspor kita, jadi kita harus lebih banyak kerja keras, Migas kita memang kalau 'demand' naik otomatis kita impor banyak, kita akan lihat kenapa bulan Mei naik," kata Rini.
(Dani Jumadil Akhir)