JAKARTA - Keputusan Iran untuk menantang Amerika Serikat (AS) dengan melanjutkan upaya pengayaan uranium justru mendapatkan respons negatif dari rakyatnya. Mereka sangat takut dan khawatir jika krisis nuklir justru akan berlangsung dalam waktu yang lama.
Amerika Serikat (AS) keluar dari pakta kesepakatan nuklir tahun lalu, ketika Presiden Donald Trump ingin memberikan sanksi kepada Iran. Namun, upaya tersebut ternyata tetap gagal memaksa Iran untuk merenegosiasi.
Iran kemarin mengonfirmasi akan tetap melanjutkan upaya pengayaan uranium di atas kesepakatan yang telah disepakati. Trump mengancam para pemimpin Iran agar berhati-hati.
Baca Juga: Merugi, CEO Norwegian Air Mundur
Sejak Mei lalu, dia telah memperketat sanksi dengan tujuan menghalau ekspor minyak Iran sebagai sumber utama keuangan negara tersebut.
”Ya, kehidupan semakin sulit ketika sanksi diberlakukan. Ya, saya pikir program nuklir ini terlalu banyak biayanya dan memberatkan rakyat Iran,” kata Firouzeh, 43, seorang ibu rumah tangga di Kota Balosar, dilansir Reuters .
”Apa pun alasannya, saya juga menentang jika negara saya diserang,” ungkapnya.
Baca Juga: Morgan Stanley Turunkan Peringkat Saham Global
Konfrontasi itu akan berdampak pada dimensi militer. Apalagi, Washington menyalahkan Teheran karena menyerang kapal tanker dan Iran menembak jatuh pesawat nirawak AS.
Iran mengalami kebangkitan setelah sanksi yang dijatuhkan oleh banyak negara dicabut dengan kesepakatan program nuklir. Namun, Iran semakin merana setelah Trump keluar dari pakta kesepakatan nuklir tahun lalu dan diberlakukannya sanksi.
Trump menganggap apa yang dilakukannya bertujuan untuk menekan Iran agar menghentikan aktivitas nuklirnya, menghentikan program misil balistik, dan tidak lagi memberikan dukungan bagi kelompok pemberontak berhaluan Syiah di Timur Tengah.