Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Intip Desa Bangun Mojokerto, Tempat Pemilah Sampah dari Luar Negeri

Intip Desa Bangun Mojokerto, Tempat Pemilah Sampah dari Luar Negeri
Sampah di Mojokerto (ABC)
A
A
A

MOJOKERTO - Pekan lalu Indonesia mengumumkan akan mengembalikan delapan kontainer sampah daur ulang ke Australia, setelah diketahui tercemar dengan limbah B3. Kini orang Australia mempertanyakan apa yang harus mereka masukkan ke tempat sampah dan dimana sampah-sampah itu berakhir.

Koresponden mendatangi Bangun, sebuah desa di Mojokerto, Jawa Timur, yang menjadi tempat pemilahan sampah-sampah daur ulang dari berbagai negara, termasuk Australila.

Dari kejauhan sudah tampak bagaimana desa ini "ditelan" oleh tumpukan sampah plastik dimana-mana.

 Baca juga: Sampah Plastik dari Kota Melbourne Berakhir di Batam

Di halaman rumah, di hampir setiap lahan kosong, tumpukan sampah menggunung - dikirim ke sana oleh perusahaan daur ulang yang membayar warga setempat untuk memilahnya.

sampah mojokerto (ABC)

Tak butuh waktu lama untuk menemukan merek-merek Australia di antara tumpukan sampah itu.

Sampah-sampah ini terasa tak asing lagi - dan teringat bagaimana warga Australia yang sebenarnya dengan teliti memisahkan sampah yang mereka buang, hanya akan berakhir di Bangun.

Bagi anak-anak di Desa Bangun, sampah-sampah itu dijadikan tempat bermain. Sedangkan bagi orangtua mereka, inilah sumber pencaharian.

 Baca juga: 40 Ton Sampah Plastik Diangkat dari Samudra Pasifik

"Kami mengerjakan hal ini demi anak-anak, demi sekolah mereka, dan untuk menutupi semua pengeluaran. Warga di sini bergantung pada bisnis daur ulang ini," kata Supiyati, salah seorang warga setempat.

Supiyati telah memilah sampah selama delapan tahun. "Saya pernah menemukan gigi emas. Saya jual Rp 800 ribu!" katanya.

Saat ini Supiyati mempekerjakan empat orang tenaga pemilah sampah, yang dibayar Rp 40 ribu perorang perhari.

Secara berkala, tampak truk-truk dari pabrik kertas datang ke sana menurunkan muatannya. Para tenaga pemilah sampah pun langsung bekerja memisahkan plastik.

Baca juga: Sampah di Sungai dan Laut Jadi Masalah Bertahun-tahun, Apa Solusinya?

Semua yang masih bisa didaurulang akan diikat dalam bundel dan dibawa pergi untuk dijual kembali.

Sedangkan sampah-sampah tersisa yang tidak berharga lagi - dibawa ke tepi sungai dan dibakar di sana.


Australia lebih murah kirim ke luar negeri

DR Joe Pickin, direktur Blue Environment di Australia secara terpisah menjelaskan, negara ini mengekspor sampah sebanyak lebih dari 4 juta ton per tahun, dan 20 persen di antaranya masuk ke Indonesia.

Menurut Dr Pickin ekspor sampah telah dilakukan Australia selama bertahun-tahun karena lebih murah dibandingkan biaya mengolahnya di dalam negeri.

"Kita sudah lama keenakan dengan biaya daur ulang yang sangat murah (dengan mengirimnya ke negara lain)," jelasnya.

Baca juga: Kelola Sampah, Pemerintah Kembangkan PLTSa hingga Campuran Aspal

"Mereka telah membayar untuk daur ulang kita dengan sangat baik sehingga menjadi bonanza bagi kami secara finansial. Tapi sekarang kita harus mengatasinya, kita harus membayar sedikit lebih mahal. Toh kita pada dasarnya mengekspor polusi," papar Dr Pickin.

Seorang warga Bangun lainnya yang ditemui, Sugeng, merupakan salah satu dari sedikit penduduk di sana yang tak terlibat bisnis daur ulang.

Dia seorang nelayan yang harus pergi jauh untuk menangkap ikan, tak lagi seperti dulu dia bisa menebar jalanya di sungai terdekat.

Sugeng menunjukkan danau tempatnya biasa berenang ketika masih anak-anak dan kini dalam kondisi berbau menyengat.

Menurut dia, limbah buangan dari pabrik yang memproses kertas daur ulang telah merenggut sebagian kawan masa kecilnya.

"Ketika saya masih kecil, airnya bersih di daerah ini. Kita bisa berenang, bermain, semua masih alami. Tapi tidak ada yang bisa bermain di sungai lagi karena air tercemari pabrik kertas," katanya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement