Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Menerjang Jalan Defisit Perdagangan

Koran SINDO , Jurnalis-Senin, 22 Juli 2019 |08:42 WIB
Menerjang Jalan Defisit Perdagangan
Kontainer (Okezone)
A
A
A

DAMPAK neraca perdagangan tergolong serius terhadap perekonomian Indonesia. Selain berkaitan dengan neraca transaksi berjalan (current account ) dan efek dominonya terhadap nilai tukar rupiah, neraca perdagangan juga merefleksikan tingkat pro duktivitas domestik baik dari sisi input maupun output.

Dalam perkembangan terakhir, neraca perdagangan kita masih terjerembab cukup dalam di angka defisit. Selama periode Januari-Juni 2019, total defisit perdagangan mencapai USD1,93 miliar dan meningkat 60,83% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018 (yoy). Akibat nya proyeksi neraca transaksi berjalan pada kuartal II/2019 relatif menjadi suram. Kendati belum dirilis Bank Indonesia (BI), banyak pihak yang menebak defisit neraca transaksi berjalan (current account deficit /CAD) akan kian lebar pada kuartal II.

 Baca juga: Tekan Defisit Neraca Perdagangan, APHI Genjot Ekspor Hasil Hutan

Hal ini mengacu pada tren periode-periode sebe - lumnya seperti kondisi pada kuartal I/2019 kemarin. Pada saat itu dengan de fisit perdagangan hanya USD0,19 miliar saja CAD kita sudah mencapai USD6,96 miliar. Apalagi dengan kondisi yang sekarang, akan sangat mungkin nilai CAD-nya kian membengkak daripada sebelumnya. Sebenarnya neraca perdagangan kita pada Juni 2019 kemarin tengah surplus tipis sebesar USD0,2 miliar, tetapi dampaknya kurang terasa karena bulan-bulan sebelumnya secara agregat kita mengalami defisit yang cukup dalam. Kalau kita lihat sekilas, penyebab utama jebloknya neraca perdagangan Indonesia lantaran kinerja ekspor yang belum menunjukkan perbaikan signifikan.

Nilai ekspor kita se lama semester I/2019 menurun 8,57% bila dibandingkan dengan periode yang sama pada 2018 (yoy). Jika ditelaah lebih dalam lagi, sektor industri pengolahan selaku kontributor utama (74,88%), kian lemah kinerja nilai ekspornya dengan penurun an 4,59% selama semester I/2019. Belum lagi dengan pukulan dari harga komoditas andalan ekspor yang juga tengah mengalami kontraksi. Yang terburuk, berdasarkan data BPS (2019), terjadi pada harga batu bara yang anjlok hingga 30%. Kondisi serupa juga terjadi pada harga minyak kelapa sawit (crude palm oil /CPO) yang turun hingga 8,02%. Indonesia mulai merasakan beratnya “kutukan” kebijakan akibat terlalu mengandalkan eks por komoditas mentah.

 Baca juga: Fakta Menarik Neraca Dagang Surplus tapi Ekspor Anjlok

Apa lagi kita relatif lelet untuk me lakukan transisi pada saat har ga komoditas tidak sebooming sebelumnya. Akibatnya kinerja industri turut melemah ka rena nilai tukar yang terus me rosot dalam beberapa tahun ter akhir. Hal ini juga berkaitan de ngan kebiasaan kita yang terlalu bergantung pada impor bahan baku dan barang penolong untuk mencukupi sebagian besar input produksi dalam negeri. Transformasi struktural menuntut agar terus dilakukan demi menjaga keberlangsungan daya saing industri domestik.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement