Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Tekan Defisit Neraca Berjalan untuk Tingkatkan Kepercayaan Investor

Tekan Defisit Neraca Berjalan untuk Tingkatkan Kepercayaan Investor
Rupiah (Reuters)
A
A
A

JAKARTA - Peneliti Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Pingkan Audrine Kosijungan menginginkan kebijakan pemerintah dapat meningkatkan investasi sebagai salah satu apsek pentingnya menyukseskan pembangunan nasional sekaligus menahan defisit neraca berjalan.

"Upaya menekan CAD (current account defisit/defisit neraca berjalan) ini sangat penting untuk mempertahankan dan meningkatkan kepercayaan investor terhadap kondisi perekonomian Indonesia," kata Pingkan Audrine Kosijungan, Jakarta, Sabtu (10/8/2019).

 Baca juga; BI Prediksi Defisit Transaksi Berjalan 2019 Melebar ke 2,5%-3%

Mengutip antaranews, menurut Pingkan, meski hal itu bikan satu-satunya jalan yang dapat ditempuh untuk menarik hati para calon investor asing, namun harus diingat bahwa ketika mengalami defisit, negara memerlukan devisa tambahan untuk membiayai impor yang melebihi angka ekspor yang telah dicapai.

Untuk itu, ujar dia, kondusifnya situasi sosial dan politik di dalam negeri menjadi satu hal yang penting untuk terus dijaga untuk menjaga kepercayaan para investor dalam menanamkan modalnya.

 Baca juga: BI: Download Games Bikin Defisit Neraca Pembayaran Melebar

"Mengalami defisit pada neraca transaksi berjalan adalah hal yang lumrah. Bahkan negara yang tergolong maju seperti Inggris dan Amerika Serikat pun mengalami CAD pada kuartal pertama 2019 ini masing-masing di angka USD30 miliar dan USD130,4 miliar," ungkapnya.

Ia mengemukakan, jumlah tersebut masih lebih besar daripada Indonesia yang mengalami defisit sebesar USD6,7 miliar pada rentang waktu yang sama.

 Baca juga: BI Proyeksi Neraca Pembayaran Surplus di Kuartal I-2019

Sebelumnya, Pengamat ekonomi Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Heri Firdaus menilai upaya pendekatan pemerintah untuk mendorong ekspor nasional ke China dapat mengatasi persoalan neraca perdagangan yang masih mengalami defisit.

Heri mengatakan, upaya pendekatan ini harus dilakukan karena potensi pasar China saat ini sangat besar dan Indonesia masih mempunyai produk maupun komoditas ekspor unggulan.

"Sebenarnya masih bisa diupayakan berbagai strategi. Jadi yang namanya berdagang atau bekerja sama itu, dalam hal ini, kita konteksnya bersaing, jadi produknya yang bersaing," katanya.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement