Heri menambahkan, sebagai upaya untuk memulai, pemerintah dapat segera mengidentifikasi produk atau komoditas unggulan dari Indonesia yang bisa dioptimalkan produksinya untuk meningkatkan nilai ekspor nasional.
Menurut dia, optimalisasi produksi tersebut dapat menekan nilai defisit neraca perdagangan dengan China yang telah meningkat hingga mencapai USD18,4 miliar pada 2018, dibandingkan realisasi pada 2017 sebesar USD12,68 miliar.
Untuk periode Januari-Juni 2019, ekspor Indonesia ke China juga terpantau turun dari periode sama tahun lalu, yaitu dari sebelumnya sebesar USD11,13 miliar menjadi USD10,34 miliar dengan nilai impor Indonesia dari China justru meningkat dari USD35,76 miliar menjadi USD45,53 miliar.
"Artinya dengan perang dagang, China bisa mencari pasar alternatif selain ke Amerika Serikat. Mereka bisa ke Indonesia, India dan negara lainnya," ujarnya.
(Fakhri Rezy)