JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyebut Indonesia membutuhkan cara kreatif untuk meningkatkan inklusi keuangan yang rendah. Sebagai salah satu contohnya adalah pemanfaatan bank sampah hingga kebiasaan iuran di RT menjadi bagian peningkatan inklusi keuangan.
Kepala Departemen Pengawasan Industri Keuangan Non-Bank 1A OJK Ariastiadi mengatakan, inklusi keuangan maupun literasi keuangan Indonesia tergolong rendah. Bank Dunia mencatat, tingkat inklusi atau porsi penduduk yang punya akses pada jasa dan layanan keuangan di Indonesia hanya 48,9 pada 2017.
Baca Juga: Menko Darmin: Masih Banyak Orang RI Simpan Uang di Lemari
Pada 2019, pemerintah menargetkan inklusi keuangan mencapai 75% pada 2019. Oleh kareannya dibutuhkan langkah inovasi untuk meningkatkan literasi keuangan tersebut meskipun diakuinnya tidak mudah mencapai target itu.
“Langkah inovatif di industri keuangan bagi kelompok masyarakat emerging consumer menjadi hal yang sangat dibutuhkan,” ujarnya melalui keterangan tertulis, Sabtu (26/10/2019).
Baca Juga: Literasi Keuangan Harus Diajarkan Sejak Dini
Sementara itu Chief of Partnership Distribution Officer dari Allianz Life Indonesia Bianto Surodjo mengatakan, memang dinamika di lapangan membutuhkan solusi kreatif untuk meningkatkan inklusi keuangan. Salah satunya lewat pemanfaatan bank sampah.
Pemanfaatan itu tidak lepas dari fakta hingga 65 juta ton sampah yang dihasilkan di Indonesia setiap hari, hanya 7% yang didaur ulang, sementara 69% berakhir di tempat pembuangan sampah akhir (TPA). Padahal, sampah yang dihasilkan tersebut bisa memberikan nilai ekonomis, jika dipilah dan dikelola dengan benar.
Salah satu yang bisa inovasi bank sampah yang bisa digunakan adalah pada asuransi. Misalnya dengan menukarkan tabungan di bank sampah untuk mendapatkan perlindungan asuransi.
(Dani Jumadil Akhir)