JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diproyeksi bakal menahan suku bunga acuan atau BI 7-Days Reverse Repo Rate tetap di level 5% dalam Rapat Dewan Gubernur (RDG) November 2019. Hal itu didorong laju inflasi yang tetap rendah, terjaga di dalam sasaran BI yang sebesar 3,5% plus minus 1%.
Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto menjelaskan, selain inflasi yang terjaga, BI juga mempertimbangkan realisasi suku bunga perbankan yang sudah mulai bergerak turun mengikuti arah penurunan suku bunga acuan BI. Di sisi lain, posisi cadangan devisa juga sebesar USD126,7 miliar, serta surplus neraca dagang Oktober sebesar USD161 juta.
Baca Juga: BI Turunkan Suku Bunga Acuan Jadi 5%
"Maka opsi terbaik pada RDG BI November adalah BI tetap mempertahankan suku bunga acuannya di level 5%," ujarnya dalam keterangan analisisnya, Kamis (21/11/2019).
Pertimbangan lainnya, lanjut Ryan, menahan suku bunga akan dilakukan BI untuk menjaga kestabilan nilai tukar Rupiah terhadap mata uang asing, terutama dolar AS, di tengah faktor eksternal yakni perang dagang, brexit, dan risiko geopolitik yang masih belum kondusif terhadap perekonomian Indonesia.
Selain itu, BI juga sudah bertindak ahead the curve dengan menurunkan suku bunga acuan pada RDG BI Oktober lalu sebesar 25 bps menjadi 5%, sebelum The Fed menurunkan Fed Fund Rate (FRR) sebesar 25 bps menjadi 1,5%.
Langkah tersebut dinilai tepat sehingga sudah saatnya BI 'menahan diri' tidak kembali menurunkan suku bunga acuan.
"Karena efek penurunan suku bunga acuan yang sebelumnya di Oktober juga masih berlangsung hingga saat ini," tambahnya.