Mastercard mengatakan studi itu masuk tahun ketiga, dimaksudkan untuk merayakan pasar global dalam memajukan kesetaraan gender. Namun, banyak perusahaan yang masih butuh perbaikan, bahkan di perusahaan maju sekalipun.
“Yang jelas melalui penelitian ini, terlihat ketidaksetaraan gender masih ada di seluruh dunia, meskipun bermanifestasi dengan cara yang berbeda,” kata Mastercard’s Executive Vice President of Enterprise Partnerships for Asia Pacific Julienne Loh.
“Ini bukan masalah negara maju atau berkembang saja. Bahkan di pasar dengan kondisi kewirausahaan yang paling menjanjikan, kepemilikan bisnis wanita belum mencapai potensi sepenuhnya. Ini menghambat pemberdayaan perempuan secara sosial, profesional, ekonomi dan politik sehingga merugikan masyarakat secara keseluruhan,” tambahnya.
Laporan tersebut melibatkan 58 perusahaan, yang sekaligus mewakili hampir 80% tenaga kerja wanita dunia.
Meksiko, Swedia, dan Arab Saudi mengalami penurunan terbesar dalam kegiatan wirausaha perempuan. Sementara Perancis, Taiwan dan Indonesia menunjukkan kenaikkan.
Menariknya, studi itu mencatat keseimbangan gender kewirausahaan terbesar ditemukan di Uganda, di mana terdapat 38,2% perempuan pada daftar semua pengusaha. Kemudian diikuti oleh Ghana (37,9%), Botswana (36%), AS (35,1%) dan Selandia Baru (31,8%).
(Dani Jumadil Akhir)