JAKARTA - Harga minyak mengalami penurunan tipis pada penghujung tahun 2019. Hal ini dikarenakan cairnya suasana perdagangan Amerika Serikat dan Tiongkok serta pengurangan pasokan yang sedang berlangsung.
Melansir reuters, New York, Selasa (31/12/2019), harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Maret turun 11 sen atau 0,2% ke 66,56 per barel. Sementara minyak mentah Amerika Serikat West Texas Intermediate (WTI) untuk Febuari turun sebesar 11 sen atau 0,2% USD61,57 per barel.
Baca juga: Harga Minyak Naik Usai AS Kurangi Pengeboran
Sedangkan untuk pengiriman Febuari, minyak Brent ditutup di hari Senin pada USD68,44 per barel. Minyak Brent telah mengalami peningkatan sekitar 24% di tahun 2019 dan WTI naik sekitar 36% untuk tahun ini.
Kenaikan yang dialami keduanya ini ditetapkan sebagai peningkatan tahunan terbesar dalam tiga tahun terakhir. Hal ini juga didukung oleh terobosan yang muncul dalam pembicaraan perdagangan AS dan Tiongkok yang dijanjikan oleh Organization of Petroleum Exporting Countries (OPEC) dan sekutunya.
Baca juga: Kilang Khafji di Arab Saudi Ditargetkan Produksi 320 Ribu Barel Minyak/Hari
"Harga minyak telah mengikuti penyimpangan umum de-risiko menuju akhir tahun. Meskipun ada peningkatan ketegangan di Timur Tengah dan terjadinya bullish untuk harga minyak pekan lalu, seiring dengan persediaan yang menarik pasar lebih luas, tampaknya kehilangan sebagian dari keceriaan liburan itu," kata Stephen Innes, kepala strategi pasar Asia di AxiTrader.
Ketegangan masih tetap terasa di Timur Tengah setelah serangan udara yang dilancarkan AS minggu lalu terhadap kelompok milisi Katib Hezbollah di Irak dan Suriah. Operasi kemudian berlanjut di ladang minyak Nassiriya Irak, dan dilanjutkan pada Senin setelah pengunjuk rasa menghentikan produksinya.
Baca juga: Harga Minyak Turun, Investor Pantau Kesepakatan Dagang AS-China
Ke depannya, persediaan minyak mentah AS diperkirakan turun sekitar 3,2 juta barel dalam sepekan hingga 27 Desember menuju penurunan mingguan ketiga secara berturut.
Mengutip EIA, Amerika Serikat berada dalam tahap untuk menjadi pengekspor minyak nabati secara tahunan untuk pertama kalinya pada tahun 2020, dengan produksi minyaknya diperkirakan akan naik 930.000 barel per hari (bph) ke rekor 13,18 juta bph tahun depan.
Broker dan para analis memperkirakan pasokan AS tumbuh untuk mengimbangi pemotongan dari OPEC pada 2020 di tengah melemahnya permintaan di seluruh dunia, dan menjaga harga minyak tetap berkisar.
(Fakhri Rezy)