JAKARTA - Kinerja neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2019 diperkirakan akan ditutup dengan mengalami defisit sebesar USD4,07 miliar. Angka ini lebih masih lebih baik dibanding posisi tahun 2018 yang defisit sebesar USD8,69 miliar.
Menurut Kepala Ekonom BNI Ryan Kiryanto, kinerja perdagangan di bulan Desember 2019 turut menambah besarnya defisit di 2019. Lantaran, diperkirakan mengalami defisit sebesar USD970 miliar.
Baca Juga: BPS Rilis Neraca Dagang, Bagaimana Nasib IHSG Hari Ini?
"Meskipun ada kenaikan ekspor sebesar 0,94% yoy (secara tahunan) dan impor naik 0,07% yoy," katanya kepada Okezone, Jakarta, Rabu (15/1/2020).
Pada Desember 2019, laju ekspor diperkirakan sebesar USD14,42 miliar, dan impor sebesar USD15,37 miliar. Angka tersebut lebih tinggi dari laju ekspor Indonesia di Desember 2018 yang sebesar USD14,29 miliar, sedangkan impor sebesar USD15,36 miliar.
Ryan menyatakan, naiknya angka impor di bulan Desember 2019, utamanya didukung oleh kenaikan impor non migas, yaitu barang-barang konsumsi untuk kebutuhan Natal dan Tahun Baru. Sementara, kenaikan ekspor lebih banyak didukung oleh naiknya harga komoditas sawit dan timah.
Dia bilang, kondisi ekspor maupun impor Indonesia yang hanya naik tipis dibanding tahun lalu, dikarenakan permintaan ekspor masih terbatas akibat perlambatan ekonomi dunia dan perang dagang yang masih berlanjut.
"Serta turut didorong kondisi manufaktur Indonesia yang masih menurun," kata dia.