Di sisi lain, Abdul menyatakan, kinerja keuangan perseroan semakin tertekan lantaran mengerjakan penugasan pengembangan destinasi wisata, terutama di Mandalika. Laba bersih perseroan cenderung mengalami tren penurunan, di mana pada 2015 sebesar Rp87 miliar, 2016 Rp80 miliar, 2017 Rp63 miliar, 2018 Rp73 miliar, dan 2019 menjadi Rp53 miliar.
"Aset dan revenue (pendapatan) naik, tapi laba bersih tidak karena kami emban tugas besar untuk pengembangan Mandlika. Kami juga curahkan banyak resources, baik dari human maupun konstruksi, sehingga laba bersih tertekan dalam dua tahun terakhir," jelasnya.
Menurut Abdul, jika tak ada penugasan tersebut, sudah tentu perseroan mampu mendorong kenaikan laba bersih. "Kalau kami tidak membangun Mandalika, kemungkinan bisa kami pertahankan. Kami sadar performa perusahaan akan terpengaruh dari investasi tersebut," kata dia.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)