JAKARTA - Pergerakan nilai tukar Rupiah pekan ini masih dipengaruhi oleh penyebaran virus corona atau covid-19. Pasalnya, penyebaran virus corona di sejumlah negara memicu risiko perlambatan ekonomi.
"Perkembangan nilai tukar rupiah dalam jangka pendek ini masih dipengaruhi oleh sentiment risk averse di tengah Covid 19," kata Ekonom Bank Permata Josua Pardede kepada Okezone, Senin (6/4/2020).
Dia menjelaskan, pertimbangan eskalasi Covid-19 secara global yang terus meningkat sehingga mendorong ekspektasi perlambatan ekonomi global yang cukup signifikan dan bahkan berpotensi mengalami pertumbuhan negatif pada tahun ini.
Baca Juga: Kemenperin Realokasi Anggaran Rp113,15 Miliar demi Atasi Virus Corona
Secara rinci, Josua menuturkan, beberapa lembaga internasional misalnya the Economist Intelligence Unit memperkirakbahwa tahun ini pertumbuhan global berpotensi berkisar -2,2%. Sementara IMF juga memperkirakan dampak Covid 19 signifikan sehingga IMF menyebutkan bahwa perekonomian global pada tahun ini berpotensi masuk pada resesi perekonomian yang lebih severe dibandingkan krisis keuangan global.
"Dari peningkatan risiko global tersebut, volatilitas di pasar keuangan global cenderung meningkat dan bahkan sentimen risk-averse mendominasi di pasar keuangan negara berkembang karena investor global masih cenderung shifting pada asset keuangan yang aman (safe haven)," tukasnya.

Walau begitu, dia menjelaskan, nilai Rupiah bersama sejumlah indicator perekonomian akan membaik seiring dengan penanganan yang baik atas covid-19 ini.
“Dengan penanganan krisis kesehatan yang baik, maka dampak ekonomi dari Covid-19 pun akan dapat diatasi segera dimana stimulus fiskal, moneter yang sifatnya counter cyclical yang dikeluarkan akan dapat efektif mendorong pemulihan ekonomi lebih cepat,” kata dia.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)