Dampak keseluruhan dari wabah Covid-19 pada pasar investasi diharapkan akan mulai terlihat lebih jelas pada kuartal kedua saat para investor fokus pada portofolio yang ada dan menggunakan waktu mereka untuk menunggu peluang yang tepat. Meski demikian, karena aktivitas bisnis di China secara bertahap kembali normal pada bulan Maret dan beberapa ekonomi di wilayah tersebut telah berhasil menghindari penutupan wilayah secara keseluruhan.
"Kami percaya penurunan material tidak mungkin lebih rendah dari kuartal ini,” ujarnya.
Kesimpulan penting dari pasar Asia Pasifik:
Australia: Volume transaksi menurun 28% (YoY). Pasar CBD Sydney dan Melbourne bertahan pada trimester pertama. Pasar investasi retail merosot tajam 78% per trimester ketika penjualan properti besar ditunda atau dibatalkan karena kurangnya antusiasme terhadap properti pusat perbelanjaan.
China: Kegiatan investasi pada trimester pertama di daratan Tiongkok sangat terpengaruh, penurunan tercatat sebesar 62% (YoY). Selama trimester pertama, penanam modal banyak yang menunda investasi dan penjual banyak yang menangguhkan rencana penjualan. Namun, perusahaan domestik sudah mendominasi sebagian besar transaksi aset perkantoran, terutama di Shanghai, untuk kepentingan para pemilik.
Hong Kong: Total volume transaksi di Hong Kong di trimester pertama menurun 74% (YoY), dengan wabah Covid-19 yang memperparah masalah yang diakibatkan oleh keresahan sosial. Dalam situasi seperti ini, ada transaksi-transaksi terbatas secara serentak dan jarak pemisah antara pembeli dan penjual tetap sangat lebar.
Jepang: Kegiatan investasi tetap tangguh, tetap datar dibanding tahun lalu karena kesepakatan besar yang berasal dari luar negara membantu meredam dampak Covid-19. Kegiatan investasi kantor dan ritel menurun di kuartal I, sementara volume transaksi di sektor logistik, hotel, dan perumahan naik dibanding tahun lalu selama kuartal tersebut.
Singapura: Negara-kota ini memprediksi volume investasi anjlok 68% YoY ketika wabah membebani pasar. Ditambah dengan tidak adanya aset unggulan yang tersedia untuk dijual dan risiko resesi yang meningkat, investor menjadi lebih berhati-hati - menghabiskan lebih banyak waktu untuk manajemen aset dan menunda penyebaran modal untuk saat ini.
Korea Selatan: Volume transaksi di kuartal I naik, mewakili pertumbuhan 33% YoY. Aliran modal yang sehat ke sektor perkantoran membantu pasar tetap tangguh selama ketidakpastian Covid-19, namun mengingat banyak kesepakatan yang ditransaksikan merupakan kelanjutan dari tahun lalu, volume kuartal tersebut mungkin tidak sepenuhnya mencerminkan dampak yang sesungguhnya.
(Dani Jumadil Akhir)