JAKARTA - Kementerian Koordinator bidang Maritim dan Investasi (Kemenko Marves) menginginkan adaptasi teknologi untuk hilirisasi produk perikanan. Pasalnya, penggunaan sistem kecerdasan buatan di industri perikanan Indonesia kurang mendapat perhatian.
Namun dalam skala kecil, kecerdasan buatan telah digunakan pembudidaya. Seperti sistem otomatisasi pengaturan pakan ikan atau penggunaan akustik untuk mengestimasi populasi serta densitas ikan.
Baca juga: Hadapi New Normal, Adaptasi Teknologi Perlu Didorong di Sektor Perikanan
Di masa pandemi covid-19 kebutuhan protein hewani bersumber dari ikan meningkat. Menurut data KKP tahun 2019, konsumsi ikan nasional berkisar 54,5 kg perkapita.
Kepala Bidang Pengelolaan Konservasi Perairan dan Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Deputi Bidang Sumber Daya Maritim, Kemenko Marves, Dr. Andreas A. Hutahaean mengatakan, dalam upaya pemenuhan kebutuhan itu, penggunaan kecerdasan buatan bisa difokuskan pada hilirisasi produksi perikanan nasional. Seperti penyediaan informasi kebutuhan dan kesediaan pasokan ikan serta distribusi di masyarakat.
Baca juga: New Normal Pariwisata, Dibuka Bertahap hingga Pengawasan Ketat
Untuk menjawab hal itu, lanjut Andreas, dibutuhkan data dasar meliputi: pemetaan karakter kantong-kantong produksi ikan nasional; jumlah kebutuhan dan populasi tiap daerah kota/kabupaten; kapasitas ruang penyimpanan atau cold storage; dan alternatif transportasi yang tersedia.
“Informasi ini dapat menjadi dasar melakukan tindakan cepat menjaga rantai pasokan dan distribusi hasil perikanan antardaerah bahkan antarpulau di tanah air,” ucap Andreas dalam keterangan tertulis, Jakarta, Minggu (31/5/2020).
Karenanya, lanjut Andreas, pengembangan platform kecerdasan buatan yang terintegrasi adalah hal mendesak saat Indonesia tengah menyongsong era new normal. Suatu platform yang bisa memahami proses produksi, mengetahui ketersediaan dan kebutuhan pangan, hingga mampu beradaptasi terhadap perubahan perilaku kebutuhan dan keinginan masyarakat.
“Dengan pengunaan platform kecerdasan buatan yang terintegarsi, pencapaian target pemerintah meningkatkan produksi dan menggenjot ekspor ikan terutama udang hingga 250% pada tahun 2024 adalah suatu keniscayaan,” pungkas Andreas.
(Fakhri Rezy)