“Satu hektare itu bisa di angka sekitar, bersih itu di angka Rp40 juta, dipotong sudah biaya pestisida, tenaga kerja, dan lain sebagainya,” jelasnya.
Kini bunga-bunga mawar aneka warna itu dibiarkan menghitam dan membusuk di tangkainya. Menurut Hidayat, kuntum bunga mawar itu sengaja tidak dipotong untuk mencegah tumbuhnya tunas baru. Biaya perawatan dan pemotongan bunga mawar jauh lebih besar, sementara pemesanan berkurang hingga 80%.
“Dibiarkan membusuk itu gunakanya untuk menahan, menahan tunas yang baru. Kalau dipotong, tunas baru muncul, takutnya bulan depan ini masih Covid belum reda, nanti membuang lagi (bunganya). Kalau dibiarkan berbentuk bunga, kan tunasnya sedikit tertahan, tujuannya untuk menahan waktu saja. Dibiarkan sampai habis, karena biaya perawatan bunga mawar itu lebih tinggi dari (tanaman) buah dan sayur,” imbuhnya.
Hidayat mengungkapkan, dampak adanya virus corona sangat dirasakan para petani bunga potong dan bunga hias di Kota Batu. Diantara petani bunga hias ada yang beralih menjadi petani sayur dan buah, di mana jenis itu juga mengalami penurunan meski tidak sebesar bunga mawar. Petani bunga mawar, kata Hidayat, memilih menunggu situasi kembali normal, meski tidak tahu sampai kapan akan berakhir. Mengganti ke tanaman lain akan lebih menyulitkan dan mahal biayanya, bila nantinya harus kembali ke bunga mawar.
Saat ini, para petani bunga mawar berharap bantuan pemerintah atau pihak swasta, agar dapat memanfaatkan bunga mawar yang tidak laku terjual menjadi minyak atsiri, yang dapat dimanfaatkan oleh industri kosmetik.
Baca Juga: 2,44 Juta Petani Miskin Bakal Terima BLT Rp600.000
“Mungkin kalau untuk giat percontohan, kami ya sangat siap apabila kami dari tim relawan desa diberi kewenangan, ataupun diberi bantuan dalam bentuk alat penyulingan atsiri, karena kebutuhan atsiri untuk kosmetik san lain sebagainya itu kan masih sangat terbuka luas,” jelas Hidayat.
Kepala Desa Bulukerto, Suwantoro juga telah mengajukan permintaan bantuan peralatan pembuat teh mawar kepada pemerintah daerah, namun hingga kini belum terlaksana. Suwantoro berharap, bunga mawar asal desanya dapat tetap memberi keuntungan, meski harumnya tidak lagi dapat dirasakan seperti sebelum ada virus corona.
“Kita juga pengajuan untuk minuman teh, teh mawar kan bisa. Tapi dengan Covid ini kan belum bisa diajukan karena mendadak, karena belum ada dari pemerintah pun, kami mengajukan belum ada solusi untuk pembuatan teh itu, teh dari mawar itu kan perlu proses, perlu ada alat-alat untuk memproses bunga tersebut,” kata Suwantoro.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)