JAKARTA - Birokrat Eropa mengakui mereka lega karena Inggris keluar dari Uni Eropa. Jika masih menjadi anggota, mereka akan menghadapi prospek yang lebih sulit untuk membujuk blok yang berselisih itu menyetujui rencana pemulihan ekonomi pandemi yang ambisius secara politik untuk memperbaiki ekonomi yang lesu.
Bahkan tanpa Inggris, proposal hibah dan pinjaman USD850 miliar akan ditentang kuat oleh beberapa negara Eropa utara dan tengah.
Baca Juga: BUMN Terdampak Corona Disuntik Rp104,3 Triliun, Ada yang Bentuknya Utang
Uni Eropa sedang menuju perselisihan lain, yang mungkin akan membuat blok itu menuju persatuan politik dan fiskal yang lebih dekat, tetapi berisiko menimbulkan reaksi populis baru yang mengganggu seperti yang timbul akibat krisis migrasi tahun 2015.