JAKARTA - Dampak penyebaran pandemi virus corona atau Covid-19 ini membuat ekonomi suatu negara menjadi lesu khususnya di Indonesia. Hal tersebut sesuai dengan data dan literatur yang menunjukan Covid-19 menyebabkan ekonomi Indonesia lesu.
Terkait hal itu, Rektor Universitas Padjajaran (Unpad), Rina Indiastuti menyebutkan, ada beberapa poin dampak pandemi Covid-19 yang menyebabkan ekonomi lesu. Seperti penanganan pandemi melalui kebijakan PSBB mengakibatkan restriksi atau pembatasan ekonomi, lalu memotong aliran barang dan orang sehingga menurunkan demand dan suplai.
 Baca juga: KTT Asean Virtual, Presiden Jokowi Tekankan Kerja Sama Pemulihan Ekonomi
"Kemudian, kerugian dialami oleh banyak pelaku ekonomi berupa penurunan pendapatan dan hasil capital, kecuali di bidang kesehatan, telekomunikasi dan perdagangan," ujar dia dalam diskusi online, Jumat (26/6/2020).
Lalu, lanjut dia kerugian pelaku ekonomi mengakibatkan banyak orang mengalami penurunan pendapatan. Besaran kerugian dipengaruhi oleh tren epidemilogi dan resiko penularan per wilayah. Di mana perangkat sistem peringatan dari satgas Covid-19 atas status kewaspadaan suatu wilayah akan mempengaruhi kondisi dan status ekonomi.
 Baca juga: 71% Kondisi Ekonomi Masyarakat RI Lebih Buruk akibat Covid-19
"Ada juga risiko dialami lebih besar untuk bisnis atau individu yang memiliki keterbatasan sumberdaya dan status pandemi suatu wilayah," jelas dia.
Disrupsi dan inovasi, tutur dia yang dilakukan pelaku bisnis dalam jangka pendek mengurangi tenaga kerja namun efek lanjutanya dapat menciptakan perbaikan rantai pasoh. Sehingga dapat meningkatkan demand dan supply.
Kemudian, tingkat efek atas kondisi ekonomi berbeda antar daerah. Daerah dengan penduduk banyak dan sektor unggulan yang terpukul membutuhkan usaha dan biaya lebih besar dalam pemulihan ekonomi.
 Baca juga: Lebih Berat dari Krisis 1998, Ini Tanda-Tanda Ekonomi Indonesia Alami Resesi
"Pendekatan untuk mendorong pemulihan sektor dan pelaku ekonomi harus memperhatikan prospek ekonomi pengurangan penularan Covid-19 dan mengkompensasi kerugian ekonomi selama pandemi ini," kata dia.
Dia menjelaskan pemerintah harus bisa melakukan startegi pemulihan ekonomi memperhitungkan risiko pandemi ini. Seperti risiko penularan status daerah, bagaimana sifat penduduk, lokasi pekerja dan protokol dan praktik mitigasi. Lalu ada nilai tambah sektor yakni kontribusi sektor terhadap PDB, penyerapan tenaga kerja, ekspor, prevalensi UKM, keterkaitan dengan sektor lain dan inovasi.
"Terakhir tekanan ekonomi. Misalnya kegiatan tiba-tiba berhenti, rencana penutupan usaha, menyegarkan efisiensi, potensi kerugian permanen dan potensi alih usaha atau pekerjaan," tegasnya.
Dia menambahkan, ada beberapa sektor ekonomi yang andalan di era tatanan baru atau new normal. Seperti karakteristik, nilai ekonomi tinggi share PDB sekitar 6% tumbuh positif karena demand besar, menyerap tenaga kerja terampil dan resiko penularan rendah dan tidak memiliki stres ekonomi.
Lalu ada tantangan yang memunculkan social inclusion, local employment dan innovation agar memunculkan pelaku usaha di daerah yang mampu menjadi lokomotif perkenomian lokal.
"Dan ada prospek mendukung pemulihan sektor lain. Misalnya apabila memuncukan efek keterkaitan dengan sektor lain. Dengan indikator menciptakan lapangan pekerjaan dan pertumbuhan ekonomi," tandas dia.
Follow Berita Okezone di Google News
(rzy)