JAKARTA - Boeing mengalami kerugian USD2,4 miliar atau sekitar Rp35,04 triliun (mengacu kurs Rp14.600 per USD) selama tiga bulan terakhir. Hal ini imbas dari tidak beroperasinya pesawat 737 Max dan efek pandemi virus corona.
CEO Boeing Dave Calhoun mengatakan, pandemi virus corona ini membuat kondisi Boeing semakin parah. Bahkan perusahaan pembuat pesawat asal Amerika Serikat ini berencana untuk mengurangi jumlah karyawannya.
Baca Juga:Â CEO Boeing: Perlu Bertahun-tahun Pulihkan Dividen PerusahaanÂ
Rencananya, Boeing akan melakukan Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) pada 16.000 karyawannya. Angka tersebut sekitar 10% dari jumlah seluruh karyawannya.
"Dampak yang berkepanjangan dari virus mengharuskan perusahaan untuk meninjau jumlah tenaga kerja kita," ujarnya melansir CNN, Kamis (30/7/2020).
Selain itu, perusahaan juga berencana untuk mengurangi produksi dari semua jet komersialnya. Artinya, hal ini berpotensi menutup seluruh jalur perakitan dari 787 jet Dreamliner-nya.
Baca Juga:Â Industri Penerbangan Dihantam Corona, Boeing PHK 6.770 KaryawanÂ
Meskipun dirinya tidak menyebutkan berapa banyak jumlahnya. Sebagai gambaran, Boeing memproduksi 787 Dreamliner di fasilitas khusus di Charleston dan di pabrik besar perusahaan di dekat Seattle.
"Kami juga perlu mengevaluasi cara paling efisien untuk memproduksi 787, termasuk mempelajari kelayakan konsolidasi produksi di satu lokasi," kata Calhoun.
Boeing sekarang mencari cara untuk menghasilkan hanya enam pesawat 787 per bulan pada tahun 2021. Angka tersebut mengalami penurunan dibandingkan saat ini yang mencapai 10 per bulan.
Boeing juga berencana untuk mengurangi produksi bulanannya dari 777 pesawat berbadan lebar menjadi dua per bulan, turun dari sebelumnya lima.