JAKARTA - Perekonomian di dunia sedang amburadul imbas dari wabah virus Corona atau Covid-19. Dari Amerika Serikat hingga Singapura telah mengalami resesi ekonomi di kuartal II-2020 ini.
Banyak yang bertanya-tanya bagaimana Indonesia belum mengalami resesi walaupun pertumbuhan ekonomi kuartal II-2020 minus 5,32%. Hal tersebut dikarenakan pengertian resesi tidak cuma hanya terpaut akan pertumbuhan ekonomi yang minus.
Baca juga: Ini Cara agar Indonesia Tak Masuk Jurang Resesi
Mengutip forbes, Jakarta, Rabu (12/8/2020), selama resesi banyak kejadian seperti, ekonomi yang tertekan, masyarakat kehilangan pekerjaan, perusahaan menghasilkan lebih sedikit penjualan, dan output ekonomi negara secara keseluruhan menurun. Jadi, titik di mana perekonomian secara resmi jatuh ke dalam resesi bergantung pada berbagai faktor.
Literasi pengertian resesi berasal tahun 1974, di mana ekonom Julius Shiskin memberikan beberapa aturan praktis untuk mendefinisikan resesi. Salah satu yang paling populer adalah penurunan PDB selama dua kuartal berturut-turut.
Baca juga: Ekonomi Indonesia Diprediksi Tak Resesi di Kuartal III, Berikut Alasannya
Ekonomi yang sehat berkembang dari waktu ke waktu, sehingga dua perempat produksi yang menyusut menunjukkan ada masalah mendasar yang serius, menurut Shiskin. Definisi resesi ini menjadi standar umum selama bertahun-tahun.
Sementara itu, Biro Riset Ekonomi Nasional (NBER) secara umum diakui sebagai otoritas yang menentukan tanggal mulai dan berakhir resesi di AS mempunyai perhitungan berbeda. NBER memiliki definisi sendiri tentang apa yang merupakan resesi.
"(Resesi adalah) penurunan signifikan dalam aktivitas ekonomi yang tersebar di seluruh ekonomi, berlangsung lebih dari beberapa bulan, biasanya terlihat dalam PDB riil, pendapatan riil, lapangan kerja, produksi industri, dan penjualan grosir-eceran," kutip NBER.
Definisi NBER lebih fleksibel daripada aturan Shiskin untuk menentukan apa itu resesi. Misalnya, virus korona berpotensi menciptakan resesi berbentuk W, di mana ekonomi turun seperempat, mulai tumbuh, lalu turun lagi di masa depan. Ini tidak akan menjadi resesi menurut aturan Shiskin tetapi definisi NBER berkata lain.
(Fakhri Rezy)