JAKARTA - Indonesia dinilai belum memiliki strategi perdagangan yang jelas. Maksudnya, arah perdagangan apakah fokus pada ekspor atau impor.
Menurut Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Dzulfian Syafrian, negara-negara maju sudah memiliki strategi perdagangan yang baik. Entah positif (surplus) atau pun negatif (defisit).
Baca Juga: Neraca Perdagangan Juni 2020 Surplus USD1,27 Miliar
"Indonesia belum jelas strategi perdagangan ekspor oriented atau impor oriented," katanya dalam diskusi secara virtual, Rabu (12/8/2020)
Dia mencontohkan, Jerman dan Jepang memilih strategi perdagangan dan pembangunan ekonominya berbasis ekspor. Sehingga, kedua negara tersebut mendorong pelaku usaha untuk membidik pasar-pasar luar negeri.
"Jadi wajar kalau neraca perdagangan kedua negara itu positif," jelasnya.
Baca Juga: Impor Indonesia Turun 6,3% Jadi USD10,7 Miliar di Juni, Ini Datanya
Sedangkan Inggris, neraca perdagangan negatif (defisit). Sebab, strategi negara Ratu Elizabeth menargetkan impor dengan kualitas tinggi namun harga rendah.
"Inggris bisa tetap menjadi negara besar. karena Inggris menargetkan impor-impor barang yang berkualitas dengan harga yang murah. Sehingga yang diuntungkan konsumen atau penduduknya." terangnya
"Nah pertanyaan, Indonesia mau memilih yang yang mana, ekspor oriented atau ekspor oriented?" pungkasnya.
(Feby Novalius)