JAKARTA - Penurunan kinerja perusahaan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) diproyeksi berlanjut hingga tahun depan. Menteri BUMN Erick Thohir meramal kinerja BUMN pada 2021 akan terkoreksi negatif 30%.
Meskipun masih turun, namun kinerja BUMN tahun depan membaik. Sebab, tahun ini tercatat kinerja keuangan BUMN minus 60%.
Baca Juga: Tak Bisa Sendirian, BUMN Keroyokan Garap EBT
Erick mengatakan, kinerja keuangan perseroan negara sangat dipengaruhi oleh pertumbuhan ekonomi nasional 2020 dan 2021. Pada tahun ini, hingga di kuartal III, pertumbuhan ekonomi masih tercatat minus, meski begitu, secara kuartalan ekonomi dalam negeri mengalami pertumbuhan positif.
Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), pada kuartal I-2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 2,97%. Nilai itu mendarat jauh dari target kuartal I yang diharapkan mencapai kisaran 4,5-4,6%. Pada kuartal II, mengalami kontraksi sebesar 5,32% year on year (yoy). Sementara pada kuartal III, produk domestik bruto (PDB) Indonesia minus 3,49% (yoy).
"Dengan kondisi Covid-19, tentu kita ada perubahaan roadmap sedikit, di mana, kita ketahui saat Covid-19 ini berjalan, mau tidak mau secara ekonomi dan bidang usaha terkoreksi. Kalau kita lihat tahun ini koreksinya hampir 60% tahun depan itu koreksi 30%," ujar Erick dalam Rapat Kerja bersama Komisi VI DPR, Senin (30/11/2020).
Akibat hal tersebut, perusahaan BUMN kehilangan revenue yang cukup besar yakni 90%. Sebagai contoh, pertumbuhan bank plat merah (Himbara) pada tahun ini hanya berada di level 40%, angka ini jauh lebih kecil dari pertumbuhan tahun sebelumnya.