JAKARTA - PT Pembangunan Jaya Ancol Tbk (PJAA) mencatat rugi karena diberlakukannya kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Mikro. Kebijakan tersebut untuk menekan penyebaran pandemi Covid-19.
Rugi bersih perseroan di kuartal I-2021 membengkak menjadi Rp57,08 miliar dibandingkan rugi periode sama tahun lalu senilai Rp10,37 miliar. Peningkatan rugi usaha dipicu atas penurunan drastis pendapatan perseroan dari Rp218,82 miliar menjadi Rp89,48 miliar.
Penurunan tersebut memicu laba bruto perseroan juga anjlok dari Rp78,02 miliar menjadi Rp21,57 miliar. Penurunan tersebut juga memicu perseroan mencetak rugi usaha hingga Rp21,50 miliar sepanjang kuartal I-2021, dibandingkan dengan laba usaha senilai Rp17,60 miliar pada kuartal I-2020.
Baca Juga:Â Ditutup Sementara, Ancol Rugi Berapa?
Rugi usaha tak terhindarkan, meskipun beban umum dan administrasi turun dari Rp59,76 miliar menjadi Rp47,99 miliar. Rugi bersih perseroan dipicu atas pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia. Demikian dikutip dari Harian Neraca, Kamis (1/7/2021).
Pandemi tersebut telah memukul kinerja keaungan perseroan sejak tahun lalu, yaitu perseroan mencatat rugi tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar Rp392,83 miliar pada 2020, dibandingkan tahun 2019 dengan laba bersih hingga Rp230,42 miliar.
Manajemen menjelaskan, pandemi Covid-19 di tahun 2020 telah menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi global dan domestik serta berpengaruh signifikan terhadap bisnis dan kelangsungan usaha grup.
Baca Juga:Â 3 Hari Ditutup, Ancol: Berdampak pada Pendapatan
Meskipun gangguan ini diperkirakan hanya bersifat sementara, namun terdapat ketidakpastian yang cukup tinggi terkait luas dampaknya terhadap operasi dan kinerja keuangan grup. Sebelumnya, perseroan mengungkapkan, pandemi Covid-19 telah menyebabkan terjadinya perlambatan ekonomi global dan domestik serta berpengaruh signifikan terhadap bisnis dan kelangsungan usaha grup.
Meskipun gangguan ini diperkirakan hanya bersifat sementara, namun terdapat ketidakpastian yang cukup tinggi terkait luas dampaknya terhadap operasi dan kinerja keuangan grup. Saat ini dampak signifikan yang dialami grup adalah menurunnya jumlah pengunjung akibat adanya pembatasan kuota kunjungan per hari yang tercermin dari penurunan pendapatan tiket.