JAKARTA - PT PLN (Persero) mendapat kucuran dana Rp2 triliun dari tiga bank internasional untuk garapan proyek Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung Cirata. Sindikasi tiga bank internasional tersebut adalah Sumitomo Mitsui Banking Corporation (SMBC), Societe Generale, dan Standard Chartered Bank.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini menyebut, pembangunan PLTS untuk mendukung penerapan bauran energi baru dan terbarukan (EBT). PLTS terapung tersebut menjadi terbesar di Asia Tenggara dengan nilai pembangunan di kisaran USD140 juta atau setara Rp2 triliun.
Baca Juga: Capai Kesepakatan Finansial, PLTS Terapung Cirata Terbesar di Asia Tenggara
PLTS tercatat berkapasitas 145 MWAc dan ditargetkan akan beroperasi secara komersial atau Commercial Operation Date (COD) pada November 2022. Karenanya, ketiga bank asing tersebut siap melakukan pendanaan berdasarkan kesepakatan financial close pada 2 Agustus 2021 kemarin.
"Pencapaian tahap financial close ini merupakan hasil dukungan penuh PLN sebagai pembeli listrik PLTS Cirata dan PT PJB (Pembangkitan Jawa Bali), selaku induk dari PT PJB Investasi (PJBI) dan Pembangkitan Jawa Bali Masdar Solar Energi (PT PMSE)," ujar Zulkifli, Selasa (3/8/2021).
Baca Juga: Soal Energi Terbarukan, Indonesia Bisa Belajar dari Vietnam dan Thailand
Perseroan optimistis pembangkit ramah lingkungan ini bisa beroperasi komersial sesuai jadwal pada akhir 2022. Dia mencatat, kehadiran PLTS Terapung Cirata akan menjadi revolusi pengembangan EBT di dalam negeri, mengingat pembangkit listrik ini dapat mengimbangi 214.000 ton emisi karbon dioksida.
Pembangunan proyek strategis nasional (PSN) dan masuk dalam pilar 'Green' Presiden Joko Widodo (Jokowi) menjadi bagian dari transformasi PLN. Karenanya, diharapkan dapat berkontribusi terhadap capaian EBT nasional sebesar 23% pada 2025.