JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pekan depan diprediksi masih dibayangi kekhawatiran akan pengetatan kebijakan (tapering off) moneter Bank Sentral Amerika Serikat (AS). Hal ini akan membuat pasar saham global ambruk, termasuk di Indonesia.
Diketahui bahwa data tenaga kerja mingguan AS mengalami penurunan, artinya ada pemulihan ekonomi namun dikhawatirkan akan membuat The Fed tapering.
Baca Juga: IHSG Melemah 0,52% dalam Sepekan, Berakhir di Level 6.094
Menurut Founder Master Mind Trader Hendri Setiadi mengatakan, dampak negatif yang dikhawatirkan pelaku pasar atas dampak tapering ini adalah stock-nya yang over value.
"Namanya tappering ini kan pengetatan kebijakan moneter dimana kecenderungannya itu menaikkan suku bunga jadi para pelaku pasar disini khawatir bahwa stock-nya itu over value yang akan mengalami penurunan," katanya dalam program IDX Channel dikutip Minggu (12/9/2021).
Baca Juga: 5 Fakta IHSG Sepekan, Turun 0,52% hingga Aksi Beli Asing Rp257,28 Miliar
Diketahui Departemen Tenaga Kerja AS melaporkan hanya ada 235.000 pekerjaan pada Agustus, setelah lonjakan sebanyak 1,05 juta pekerjaan pada Juli. Data tersebut memberikan keraguan ke pelaku pasar soal pelaksanaan kebijakan pengetatan moneter AS ke depan, baik tapering ataupun kenaikan suku bunga.
"Tapi d isini kita lihat dengan adanya kebijakan pengetatan moneter ini kan dalam arti dari pemerintah mengurangi pembelian surat utang negara dan justru saya lihat ini sektor perbankan ini diuntungkan, jadi boleh dicermati emiten-emiten yang berbasis perbankan justru pada saat orang ramai membicarakan tappering ini," ujarnya.
Secara akumulasi, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengalami pelemahan sebesar 0,52% pada pekan ini atau berada di level 6.094,873 dari posisi 6.126,921 pada penutupan pekan lalu.
Saham pilihan perbankan yang menurut Hendri harus dicermati pekan depan adalah ICBP 8100-8650, ASII 5025-5600, ADRO 1260-1430, dan BBRI 3700-4090 semua direkomendasikan BUY.
(Feby Novalius)