Hingga saat ini, Evergrande pun belum membuat pengumuman tentang pembayaran bunga obligasi USD83,5 juta yang jatuh tempo minggu lalu. Diamnya perusahaan membuat kegelisahan pasar meningkat.
Menurut perkiraan analis Nomura Iris Chen, kreditur asing Evergrande bersiap untuk pemotongan sebesar 75%. Evergrande memiliki masa tenggang 30 hari sebelum secara resmi default pada obligasi dolar.
Protes dari Masyarakat dan Solusi Pemerintah
Mengatasi masalah ini, Hui perlu menjawab 1,5 juta pembeli rumahnya terlebih dahulu, orang-orang yang menyerahkan deposito atau pembayaran lunas untuk rumah yang masih dalam pembangunan di seluruh China.
Pembeli yang tidak puas di Guangzhou saja telah mengatur protes menuntut Evergrande agar memulai kembali pembangunan proyek yang dihentikan pada Mei lalu.
Adanya masalah ini membuat pemerintah China hendak memperkuat gagasan bahwa tak ada satu perusahaan pun, bahkan jika itu adalah raksasa properti sistematis seperti Evergrande, yang terlalu besar untuk gagal.
Analis di China mengatakan, pemerintah dapat meminta Badan Usaha Milik Negara (BUMN) lokal untuk membantu menyelesaikan properti yang belum selesai. Bank juga dapat memperpanjang pinjaman dan menegosiasikan kembali tenggat waktu dengan Evergrande sebagai bagian dari restrukturisasi.
Mengikuti perkembangan ini, regulator keuangan dilaporkan telah memperketat pengawasan rekening perusahaan guna memastikan, dana yang tersisa pertama kali digunakan untuk membangun apartemen, bukan membayar kreditur.
Namun pandangan ini masih menuai kontra. Zhou Chuanyi, analis kredit Lucr Analytics di Singapura, melihat keengganan BUMN untuk turun tangan dalam menyelamatkan proyek Evergrande yang masih dalam pembangunan. Salah satu sebabnya, yaitu rendahnya kualitas aset yang ditinggalkan Evergrande dalam pembukuannya sekarang.
Setidaknya, setengah dari proyeknya berlokasi di kota-kota China tingkat ketiga atau keempat, daerah yang relatif terpencil di mana potensi pembayarannya jauh dari jaminan. Terlebih lagi, serangkaian tindakan untuk mendinginkan pasar perumahan baru-baru ini menghalangi kenaikan harga rumah baru.
“Tidak banyak orang yang menginginkan rumah atau tanah di tingkat ketiga atau keempat,” kata Zhou.
(Feby Novalius)