Pertama, penguncian yang berkepanjangan di triwulan III 2021 dapat diterjemahkan menjadi permintaan terpendam untuk konsumsi rumah tangga di triwulan selanjutnya, karena konsumen kelas menengah melepaskan tabungan mereka, dengan asumsi pemerintah dapat secara ketat mengontrol perbatasan luar negeri dan mencegah gelombang kasus COVID-19 lainnya.
Kedua, lanjut Satria, defisit fiskal yang lebih rendah dari perkiraan pada kuartal ketiga (2,74% dari PDB atau sekitar Rp452 triliun lebih rendah dari periode yang sama tahun lalu) menawarkan peluang untuk meningkatkan belanja infrastruktur, yang dapat mendorong investasi.
Ketiga, sektor pertanian memiliki prospek positif karena perkiraan produksi beras yang tinggi pada Oktober-Desember, ditambah dengan kenaikan harga komoditas lain dari kelapa sawit hingga kopi, sehingga akan mendukung konsumsi rumah tangga petani Indonesia.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)