JAKARTA - Wakil Menteri BUMN II, Pahala Nugraha Mansury mengatakan pihaknya berencana untuk membawa PT Pertamina Geothermal Energy (PGE) dalam melakukan penawaran umum perdana saham atau Initial Public Offering/IPO di Bursa Efek Indonesia (BEI).
Dia menargetkan IPO anak usaha Pertamina itu bakal terealisasi pada semester I 2022.
"Insya Allah, PGE ini targetnya di semester I-2022 ini. Targetnya di registrasi di Maret, IPO kemudian di bulan Juni mungkin," katanya dalam wawancara, dikutip Rabu (12/1/2022).
Menurutnya, opsi pendanaan melalui IPO dapat memaksimalkan pengembangan produk hijau, seperti hidrogen hijau dan amonia hijau. Pahala mencermati penggunaan EBT akan dapat meningkatkan kualitas udara dan mendukung pencapaian target pengurangan emisi gas rumah kaca nasional.
Baca Juga:Â Champ Resto IPO, Tawarkan Harga Saham Rp800-Rp950
Peningkatan penggunaan geothermal dinilai juga dapat menekan impor BBM nasional mengingat saat ini konsumsi BBM Indonesia sekitar 1,2 juta barel per hari.
"Kebutuhan BBM tersebut sebanyak 40% dipasok dari impor. Karenanya, untuk menghadirkan energi bersih dalam rangka terciptanya kemandirian energi nasional, dibutuhkan sumber energi lokal terutama EBT seperti geothermal," lanjutnya.
Sebagai catatan, PGE mengelola 15 wilayah kerja dengan kapasitas 1.877 MW, dengan rincian, 672 MW dioperasikan sendiri dan 1.205 MW merupakan kontrak operasi bersama. Untuk meningkatkan pemanfaatan panas bumi, saat ini PGE mengembangkan teknologi baru dengan menggunakan binary cycle.
Baca Juga:Â Melantai di Bursa, Harga Saham Semacom Integrated (SEMA) Meroket 34%
Pahala menuturkan penggunaan geothermal merupakan salah satu yang paling mudah dikembangkan. Dia berharap pengerjaan energi tersebut dapat dikelola sendiri oleh BUMN.
"Saat ini, baru 9% wilayah geothermal yang berproduksi dengan kapasitas 1.900 mega watt (MW)," terangnya.
Baca Juga: 50 Tahun Berkarya, Indomie Konsisten Hidupkan Inspirasi Indomie untuk Negeri
Follow Berita Okezone di Google News