JAKARTA - Otto Toto Sugiri yang dijuluki Bill Gates Indonesia tengah mencuri perhatian masyarakat. Namanya menjadi sorotan sejak muncul di daftar 50 orang Indonesia terkaya. Dengan harta USD2,5 miliar atau setara Rp35,7 triliun (kurs Rp14.300 per USD).
Otto Toto Sugiri langsung mengamankan posisi ke-19 saat masuk daftar orang terkaya di Indonesia. Pencapaian ini tentu tak didapatkan Sugiri dalam waktu semalam. Ada perjalanan yang begitu panjang sebelum sampai ke titik ini. Dia bahkan pernah terpikir untuk pensiun lebih awal. Berikut fakta kekayaan Otto yang telah dirangkum Okezone, Sabtu (12/2/2022).
1. Julukan Bill Gates
Sugiri dijuluki sebagai Bill Gates dari Indonesia oleh Chief Operating Officer (COO) perusahaan Dattabot, Tom Malik. Dia selalu mengusahakan yang terbaik untuk mendongkrak kredibilitas DCII agar dapat menarik klien besar.
“Saya tertantang untuk membuat fasilitas dengan standar tertinggi, yang mana tidak murah. Pusat data Tier IV menghabiskan uang lebih banyak 60% dibandingkan Tier III. Namun, ini adalah persoalan membangun kredibilitas,” papar Sugiri.
Sertifikasi Tier IV adalah sertifikasi terbaik di golongannya. Sugiri pun secara terang-terangan mengungkapkan keinginan agar DCII dapat menjadi pemain terbesar di Indonesia.
“Pusat data di Indonesia akan menjadi lebih kritis seiring dengan kemajuan internet global dan kesadaran perusahaan teknologi akan pentingnya untuk lebih dekat dengan para penggunanya. Target kami saat ini adalah menjadi pemain terbesar di Indonesia. Inilah arena bermain kami,” tegas Sugiri.
2. Industri teknologi Indonesia
Sejak awal kariernya, Sugiri merupakan penggebrak industri teknologi Indonesia. Setelah mundur dari Bank Bali, untuk pertama kalinya dia mendirikan sebuah perusahaan bernama Sigma Cipta Caraka pada 1989.
Sigma merupakan salah satu perusahaan software pertama di Indonesia. Belum genap setahun beroperasi, perusahaan itu telah berhasil memperoleh pendapatan USD1,2 juta.
Pada 1994, Sugiri membuat gebrakan lain dengan Indonet. Dia membuat masyarakat Indonesia dapat mengakses internet dengan perusahaannya itu.
Memasuki tahun 2000, Sugiri mendirikan BaliCamp dan membuat pengecek ejaan bahasa Indonesia untuk Microsoft. Sayangnya, perusahaan itu harus tutup imbas peristiwa bom Bali 2002.
3. Sempat Mau Pensiun
Pada 2008, Sugiri menjual 80% kepemilikan Sigma kepada PT Telekomunikasi Indonesia (Telkom) dengan janji membuat Sigma go public. Namun, janji tersebut tak kunjung terealisasi dan membuatnya menjual sisa kepemilikan Sigma. Hal ini akhirnya membuat Sugiri sempat terpikir untuk pensiun.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)