Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Investor Pemula Wajib Tahu 5 Hal Ini! Dijamin Bisa Bikin Cerdas Berinvestasi

Wahyudi Aulia Siregar , Jurnalis-Jum'at, 04 Maret 2022 |13:28 WIB
Investor Pemula Wajib Tahu 5 Hal Ini! Dijamin Bisa Bikin Cerdas Berinvestasi
5 hal yang wajib diketahui investor pemula. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

MEDAN - 5 hal yang harus diketahui agar dapat dihindari investor pemula akan diulas dalam artikel ini.

Sebelumnya, diketahuui bahwa Indonesia tengah mendapat bonus demografi yang menjadi kekuatan bagi ekonomi bangsa.

Dari total 272 juta penduduk Indonesia, sebanyak 47,75% atau 128,03 juta jiwa adalah penduduk dengan usia milenial atau Gen X, yang lahir antara tahun 1965 – 1996. Selebihnya, dikatagorikan ke dalam kelompok pre-Baby Boomers, Baby Boomers, Gen Z dan Post Gen Z.

Kepala Kantor Perwakilan Bursa Efek Indonesia (BEI) Sumatera Utara, M Pintor Nasution mengatakan, usia Gen X ini merupakan rentang usia produktif atau orang-orang yang masih bekerja, menjadi pebisnis dan bisa menghasilkan income.

 BACA JUGA:Penjualan ORI 021 Capai Rp3 Triliun, BRI Sukses Rangkul Ribuan Investor

Karena mereka kelompok produktif, sehingga mampu menyisihkan uang untuk membeli kebutuhan hidup.

"Generasi Gen X dan milenial ini memiliki potensi yang besar pula untuk berinvetasi di pasar modal Indonesia," kata Pintor, Jumat (4/2/2022).

Saat ini, kata Pintor, ada 2,7 juta investor muda di pasar modal yang usianya di bawah 40 tahun atau berperan dominan sebanyak 80,6% dari seluruh jumlah investor yang tercatat di data PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI).

Per Desember 2021 investor dengan usia 18-25 tahun bertambah 790.012 orang atau 45,5% dari total investor baru tahun 2021.

 BACA JUGA:Mantap! Pantai Kurenai Gorontalo Dipercantik, Investor Siap Buka Restoran dan Hotel

Jika dilihat dalam rentang waktu tahun 1996 – 2021, pertumbuhan spektakuler terjadi di kelompok investor dalam rentang usia pada Generasi Milenial dan Z.

Untuk tahun 1996 jumlah investor di kelompok ini baru sebanyak 68.911 orang, di tahun 2021 naik menjadi 280.569 investor, atau naik 1.798%.

Namun, kelompok ini juga rentan terhadap jebakan investasi bodong yang menjanjikan keuntungan yang sangat besar dan cepat, namun tidak memiliki landasan hukum yang jelas.

Maka dari itu perlu mengingatkan generasi milenial dan Gen Z untuk memilih investasi di pasar modal yang diawasi Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pihak-pihak yang memegang peranan dalam mewujudkan transaksi yang teratur, wajar dan efisien.

"Selain itu, seorang investor dituntut untuk dapat memilih instrumen investasi yang disesuaikan dengan profil risiko dan tujuan investasi masing-masing. Jangan terpengaruh pemberitaan atau informasi yang belum tentu sesuai dengan profil risiko kita. Karena investasi harus disesuaikan dengan tujuan finansial masig masing investor, bukan karena ikut-ikutan," jelasnya.

Pintor memaparkan, ada lima hal yang harus diketahui agar dihindari para investor pemula:

- Pertama, berhenti untuk berpikir tidak perlu meng-upgrade diri, karena sebelum berinvestasi harus benar-benar memahami strategi berinvestasi dan kinerja perusahaan penerbit saham atau surat utang yang instrumennya hendak kita beli.

Serta mempelajari teknik Analisa yang dapat digunakan dalam melakukan investasi di pasar modal.

- Kedua, stop panik ataupun kalap terhadap fluktuasi harga, karena fluktuasi merupakan sifat dari investasi di pasar modal.

Panik hanya akan membuat kerugian jika kita buru-buru menjual saat harga saham turun, tanpa menganalisa kinerja perusahaan.

Jika tujuan investasi untuk jangka panjang dan kinerja perusahaan baik, maka fluktuasi jangka pendek tidak perlu mempengaruhi emosi pemodal.

- Ketiga, stop berinvestasi menggunakan dana utang.

Porsi dana investasi harus menggunakan dana dingin yang dipersiapkan khusus untuk alokasi investasi.

Artinya dana ini bukan untuk kebutuhan bulanan atau keperluan jangka pendek.

Sehingga jika terjadi risiko penurunan harga yang menggerus modal, tidak akan mempengaruhi kebutuhan jangka pendek.

- Keempat, berhenti termakan rekomendasi tanpa melakukan analisa lanjut.

Sebaiknya cari banyak sumber analisa dari riset perusahaan efek tentang perusahaan tercatat yang hendak dibeli atau melakukan kajian terhadap kinerja keuangannya sebelum memutuskan untuk membeli saham atau produknya.

Jangan tergiur rekomendasi pihak tertentu, yang mungkin tujuannya sekedar menggiring pelaku pasar untuk kepentingan tertentu.

- Kelima, stop FOMO atau Fear of Missing Out karena tidak kita pungkiri banyak investor saat ini yang hanya sekedar mengikuti tren yang sedang ramai ditengah masa pandemi dan perkembangan teknologi yang ditawarkan.

"Nah, salah satu cara yang bijak dalam mengalokasikan pendapatan seorang investor adalah dengan mengalokasikan 20% saja dari penghasilan bulanan untuk menabung dan berinvestasi. Selebihnya, 50% untuk kebutuhan rutin seperti cicilan bulanan, kebutuhan rumah, proteksi, uang sekolah, dan lain-lain. Sebanyak 20% perlu dialokasikan untuk kebutuhan lifestyle, seperti budget untuk ngopi, traveling, salon, pusat kebugaran, dan lain-lain. Dan 10% sisanya untuk dana sosial. Adapun persentase pembagian tersebut dapat disesuaikan dengan profil masing masing investor," bebernya.

Pintor menyebutkan, investasi perlu dialokasikan di awal, untuk meningkatkan aset kita di masa depan, memiliki cadangan finansial, mengurangi ketergantungan dengan utang, dan tentunya mengalahkan inflasi.

Rata – rata Inflasi nasional periode 2011 – 2021 sebesar 4,32%, artinya kita harus mencari instrumen yang dapat memberikan imbal hasil di atas inflasi dalam jangka panjang.

Kemudian, jangan melahirkan sandwich generation baru, yang memiliki tekanan dalam hal kewajiban finansial yang besar serta himpitan kebutuhan untuk ingin dipenuhi.

"Siapkan dana masa depan melalui investasi dan jadi investor cerdas," tukasnya.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement