Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kisah Mantan Preman Pasar Senen Kini Jadi Miliarder dari Tambak Udang

Michelle Natalia , Jurnalis-Minggu, 06 Maret 2022 |08:05 WIB
Kisah Mantan Preman Pasar Senen Kini Jadi Miliarder dari Tambak Udang
Kisah mantan preman kini jadi miliarder tambak udang. (Foto: Shutterstock)
A
A
A

JAKARTA - Kisah seorang mantan preman Pasar Senen yang bernama Muhammad Iksan atau akrab dipanggil Bang Mandor.

Kini, dirinya hidup sebagai seorang pengusaha tambak udang sukses, dengan luas tambak 700 hektare.

Tak main-main, omzetnya pun sudah mencapai miliaran rupiah.

Iksan sendiri merupakan seorang pengusaha tambak asal Muaragembong, Bekasi. Di dalam tambaknya, terdapat lahan produksi udang vaname, rumput laut, dan bandeng.

 BACA JUGA:Cerita Pilu Ratusan Korban Investasi Bodong, Uang Miliaran Lenyap

Dalam satu klaster tambaknya yang terdiri dari 10 hektare, jumlah udang yang diproduksi kurang lebih 150 ton per siklus tanam.

Bahkan, hasil panen dalam satu klaster tersebut bisa mencapai Rp40 miliar-Rp50 miliar per tahunnya.

"Udang itu kalo kita lihat dari demand dan profit penghasilannya luar biasa. Ini sampai orang-orang budidaya itu mengistilahkan, tidak ada yang mengalahkan penghasilan bisnis budidaya udang kecuali bandar narkoba," ujar Iksan, dikutip dari channel Youtube Helmy Yahya Bicara pada Sabtu(5/3/2022).

Namun, dia mengakui bahwa memang perjalanan hidupnya pun tak mudah dengan banyak rintangan yang menghadang.

Iksan menyebut bahwa dirinya dahulu sempat putus sekolah dan membantu orang tuanya yang berdagang asongan. Namun, sejak kecil, dirinya sudah familiar dengan tambak.

"Karena setiap pulang sekolah zaman SD, selalu sempat mampir ke tambak. Dulu juga pernah punya tambak kecil-kecilan," ungkapnya.

 BACA JUGA:Sepak Terjang Hercules, Mantan Preman yang Kini Jadi Tenaga Ahli Pasar Jaya! Punya Harta Miliaran

Sebelum mencapai kesuksesan seperti sekarang, Iksan mengaku bahwa pada awalnya, dia keluar dari kampung karena kerap baku hantam.

Tak tahan dengan situasi itu, dia memutuskan untuk keluar kampung dan melanjutkan hidupnya di Pasar Senen sebagai pengamen dan preman.

"Ya saya kabur dari kampung juga itu karena berantem mulu ribut terus. Termasuk mungkin saya, salah satu laki-laki gatau yang lain ada cerita apa enggak, yang duel siang hari dengan senjata tajam di jalan raya. Alhamdulillah, mereka berdua yang lari," tuturnya.

Akibat "ulahnya" tersebut, Iksan kerapkali berurusan dengan polisi. Tak ayal, orang tuanya selalu dikunjungi pihak berwajib.

Akhirnya, dia pun memutuskan untuk keluar dari kampungnya.

"Jadi saya keluar dari kampung itu bawa gitar satu. Boleh pinjam sama teman, sama bawa uang seribu perak itu di tahun 1998-1999," tambahnya.

Namun, pindahnya dia ke Pasar Senen ternyata tidak membuat segalanya menjadi lebih mudah.

Iksan bercerita, baru beberapa hari saja di sana, dia sudah dipukuli oleh preman di terminal.

"Saya beraniin diri terjun ke terminal. Hari pertama aman saya ngamen, hari kedua aman, hari ketiga babak belur digebukin anak-anak. Sampe gitar yang saya minjem bawa dari kampung itu habis buat nangkisin botol ama batu. Sampe akhirnya ada polisi lepas tembakan ke atas, baru akhirnya lerai," katanya.

Diterpa pengalaman dan kehidupan yang keras selama bertahun-tahun lamanya, Iksan akhirnya tumbuh menjadi seorang preman besar di terminal, yang membuat dirinya berkuasa di banyak area.

Kendati demikian, Iksan mengaku mendapatkan pencerahan setelah perjalanan spiritualnya.

Dia bertobat dan meninggalkan profesinya sebagai preman.

"Saya akhirnya mulai belajar bisnis dari menjadi pedagang asongan. Waktu hijrah itu selesai di seniman jalanan, saya ngasong pak dari situ saya belajar," tutupnya.

(Zuhirna Wulan Dilla)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement