JAKARTA - Masyarakat dengan ekonomi menengah atas diingatkan untuk tidak mengkonsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi seperti Pertalite. Hal itu seiring harga minyak dunia mengalami kenaikan.
Staf Khusus Menteri BUMN, Arya Sinulingga menyebut, meski PT Pertamina (Persero) masih mempertahankan harga Pertalite saat ini, secara bisnis cukup terdampak atas konflik Rusia-Ukraina.
"Yang pasti kalau Pertamina, Pertalite kan nggak naik, kita sih berharap orang-orang yang mempunyai kemampuan daya beli atau punya uang ya jangan disubsidi lah," ujar Arya saat ditemui wartawan di kantor Kementerian BUMN, Senin (14/3/2022).
Baca Juga: 6 Fakta Harga BBM Pertamina Naik, Ada yang Tembus Rp15.100/Liter
Meski jenis BBM Pertalite identik dengan konsumsi kelas menengah ke bawah, Arya menilai kalangan elite tetap harus membeli BBM dengan harga pasar. Dia mengatakan, semua BBM bersubsidi disesuaikan dengan harga market.
Arya juga mengingatkan perlunya kesadaran bagi kalangan atas untuk tidak mengkonsumsi BBM bersubsidi.
"Tapi yang memang dia untuk orang-orang yang punya kemampuan itu, dia dapat membeli dengan harga market atau harga pasar, ya kan kalau orang kaya malu juga pakai Pertalite, mobil bagus tapi pakai subsidi gak lucu," singgung Arya.
Baca Juga: Minyak Brent Tembus USD110,01/Barel, Siap-Siap Harga BBM Naik?
Manajemen Pertamina sendiri memastikan Pertalite tidak mengalami kenaikan. Hal ini dilakukan untuk menjaga daya beli masyarakat yang banyak menggunakan Pertalite.
Vice President Corporate Communication Pertamina, Fajriyah Usman mengatakan Pertamina sebagai BUMN yang berperan dalam mengelola energi nasional juga sangat mempertimbangkan kondisi sosial ekonomi masyarakat dalam penetapan harga produk BBM
"Kami sepenuhnya mendukung kebijakan Pemerintah dalam pemulihan ekonomi nasional, sehingga meski harga minyak dunia menembus USD 130 per barel, Pertamina terus berkoordinasi dengan Pemerintah untuk memutuskan harga Pertalite akan tetap di harga jual Rp 7.650 per liter,” ucap Fajriyah.
Menurutnya, harga tersebut tidak berubah sejak tiga tahun terakhir dan saat ini porsi konsumsi Pertalite adalah yang terbesar atau sekitar 50% dari total konsumsi BBM nasional, sehingga Pemerintah terus melakukan pembahasan untuk skenario kompensasi Pertalite agar stabilisasi harga Pertalite dapat terjaga.
Untuk mengurangi tekanan lonjakan harga minyak mentah dunia terhadap peningkatan biaya penyediaan BBM, lanjut Fajriyah, Pertamina terus melakukan berbagai efisiensi di segala lini, termasuk menekan biaya produksi BBM dalam negeri.
(Feby Novalius)