Selain itu, perseroan melakukan strategi pertumbuhan inorganik yang agresif melalui akuisisi tower Telkomsel sebanyak 8.139 tower dan 8.215 tenant, serta konsolidasi aset tower Telkom sebanyak 798 tower dan 1.432 tenant.
Tingkat pertumbuhan tahunan (Compound Annual Growth Rate/CAGR) pendapatan perseroan mencapai 14% selama periode 2017-2021. CAGR EBITDA sebesar 29% dan CAGR laba bersih mencapai 36%. Mitratel juga memastikan likuiditas neraca dan ketersediaan kas dapat mendukung strategi operasional perusahaan. Hal itu ditunjukkan oleh neraca keuangan perseroan pada 2021.
Kemudian nilai aset hingga akhir 2021 mencapai Rp57,72 triliun, meningkat 128,3% dibandingkan 2020 yang sebesar Rp25,28 triliun. Liabilitas naik 40,7% menjadi Rp24,08 triliun dari Rp17,12 triliun. Ekuitas melonjak 312,2% menjadi Rp33,64 triliun dari Rp8,16 triliun.
Sementara itu secara operasional, Mitratel terus mencatat pertumbuhan tower dan tenant, yang ditopang oleh kesehatan finansial bisnis perusahaan. Jumlah tower hingga akhir 2021 mencapai 28.206 unit, naik 52,7% dibandingkan 2020 yang sebanyak 18.473 unit. Jumlah tenant pada 2021 naik 39,3% menjadi 42.594 tenant dari 2020 yang sebanyak 30.570 tenant.
Tahun ini, perseroan menargetkan peningkatan pendapatan sebesar 10%. melampaui rata-rata pertumbuhan industri, dengan 750 pembangunan menara dan 3.000 kolokasi secara organik, serta tambahan 3.000 tower secara inorganik.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)