JAKARTA - Associate Researcher Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) Krisna Gupta menyayangkan kebijakan yang diambil India dalam melarang ekspor gandum.
Menurutnya, sekecil apapun market share-nya, berkurangnya jumlah pasokan akan berdampak pada harga.
Data BPS 2021 menunjukkan Australia masih menjadi sumber utama impor gandum Indonesia, diikuti oleh Ukraina, Kanada, Argentina dan Amerika Serikat.
BACA JUGA:India Stop Ekspor Gandum, Mendag: Semua Negara Prioritaskan Kepentingan Nasional
"Jadi seharusnya harga gandum di Indonesia tidak terdampak pelarangan ekspor gandum India. Harga gandum di Indonesia justru sangat mungkin masih terkena dampak dari perang Rusia dan Ukraina," ujar Krisna di Jakarta, Rabu (18/5/2022).
Dia menilai, pemerintah perlu melihat negara-negara asal impor non-tradisional, yang mungkin selama ini belum dijajaki peluang kerjasamanya dan memanfaatkan perjanjian perdagangan internasional, baik bilateral, multilateral dan kawasan untuk memastikan ketersediaan pangan di Tanah Air.
CIPS merekomendasikan beberapa hal yang bisa dilakukan untuk merespons berbagai tantangan dalam penyediaan pangan.
Pertama, pemerintah perlu melibatkan semua pemangku kepentingan dalam sektor pertanian untuk membentuk ekosistem riset untuk merumuskan kebijakan yang dapat mengakomodir tercapainya ketahanan pangan dengan mempertimbangkan mitigasi dan adaptasi perubahan iklim.
"Ekosistem ini diharapkan bisa memunculkan kebijakan yang tepat sasaran, efisien dan responsif terhadap perubahan," ucap Krisna