JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan Indonesia tidak memiliki rencana untuk mengurangi persentase minyak sawit dalam biodiesel. Di saat ini 30% untuk memastikan pasokan energi negara.
"Dengan sawit kita kurangi ketergantungan kita pada minyak. Dan kalau sekarang kita bandingkan harga sawit dengan harga energi, harus (subsidi) lebih banyak ke energi. Jadi persoalannya adalah ketahanan energi," katanya dalam wawancara, Selasa (24/5/2022).
"(Persentase) pencampuran tidak akan berkurang karena keamanan energi adalah prioritas utama," tambahnya di sela-sela Forum Ekonomi Dunia di resor Pegunungan Alpen Swiss di Davos.
Dia menjelaskan Indonesia yang merupakan sumber 60% minyak sawit dunia, telah memberlakukan biofuel dengan kadar 30% untuk mengurangi ketergantungan negara terhadap minyak mentah.
"Jika Anda bergantung pada minyak, hari ini Anda berada dalam situasi bencana dengan harga minyak mendekati USD110 (per barel)," kata Hartarto, seraya menambahkan bahwa harga yang dianggarkan Indonesia telah dinaikkan menjadi USD100 dari USD60.
Indonesia menghentikan ekspor minyak sawit mentah dan beberapa produk turunannya pada bulan April dalam upaya untuk menurunkan harga minyak goreng lokal yang melonjak. Larangan itu mengguncang pasar minyak nabati global pada saat kekurangan pasokan akibat perang di Ukraina.
"Di Indonesia, harga energi tidak menular ke masyarakat. Jadi pemerintah membayar selisih antara harga energi dan harga terjangkau," jelasnya.