JAKARTA - Indeks dolar AS melemah kembali dari level tertinggi 20 tahun dan euro rebound menembus paritas pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB). Dolar AS melemah setelah data pada Rabu (13/7/2022) menunjukkan inflasi harga konsumen AS melonjak ke level tertinggi lebih dari 40 tahun pada Juni.
Inflasi AS melonjak 9,1% pada Juni, kenaikan terbesar dalam lebih dari empat dekade, membuat orang Amerika merogoh kocek lebih dalam untuk membayar bensin, makanan, perawatan kesehatan, dan sewa.
"Angka pagi ini sangat tinggi. Ini lebih tinggi dari yang diperkirakan dan menunjukkan bahwa inflasi berjalan cepat ke arah yang salah," kata Kepala Investasi Independent Advisor Alliance, Chris Zaccarelli dilansir dari Antara, Kamis (14/7/2022).
Euro menguat perdagangan terakhir di 1,0061 dolar. Mata uang tunggal dipandang memiliki dukungan di area satu dolar. Indeks dolar mencapai 108,59, tertinggi sejak Oktober 2002, sebelum jatuh kembali ke 107,95.
Kekhawatiran tentang prospek Eropa telah meningkat sejak pipa tunggal terbesar yang membawa gas Rusia ke Jerman, Nord Stream 1, memulai pemeliharaan tahunan pada Senin (11/7/2022). Pemerintah, pasar, dan perusahaan-perusahaan khawatir penutupan itu mungkin diperpanjang karena perang Ukraina.
Federal Reserve juga diperkirakan akan menaikkan suku bunga lebih jauh dari rekan-rekannya termasuk Bank Sentral Eropa (ECB). Pedagang meningkatkan taruhan setelah inflasi bahwa bank sentral AS dapat menaikkan suku bunga sebesar 100 basis poin ketika bertemu pada 26-27 Juli. Kenaikan setidaknya 75 basis poin terlihat hampir pasti.
Dolar Kanada naik setelah bank sentral Kanada menaikkan suku bunga acuan dengan poin%tase penuh, mengejutkan pasar dengan kenaikan terbesar sejak 1998. Greenback turun 0,39% terhadap mata uang Kanada menjadi 1,2967 dolar Kanada.
Dolar AS naik 0,31% terhadap yen Jepang menjadi 137,33, setelah sebelumnya mencapai tertinggi 24 tahun di 137,81. Di pasar mata uang kripto, bitcoin terangkat 2,43% menjadi 19.791 dolar AS.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)