Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Kebiasaan yang Tanpa Kita Sadari Sebenarnya Termasuk Korupsi, Salah Satunya Ngaret

Rina Anggraeni , Jurnalis-Sabtu, 03 September 2022 |22:06 WIB
Kebiasaan yang Tanpa Kita Sadari Sebenarnya Termasuk Korupsi, Salah Satunya <i>Ngaret</i>
Ilustrasi (Foto: Reuters)
A
A
A

JAKARTA -  Ada 6 kebiasaan yang tanpa kita sadari sebenarnya termasuk Korupsi menarik untuk diulas. Korupsi telah menjadi budaya di masyarakat.

Secara umum, korupsi menyalakan penyalahgunaan kepercayaan dan kekuasaan demi kepentingan sendiri, dan ini merusak standar moralitas dan integritas yang diterima secara umum.

Tindakan seperti penipuan, suap dan salah mengartikan informasi penting dalam laporan keuangan adalah contoh korupsi.

Sekitar dua dekade lalu, korupsi dipandang sebagai peristiwa yang agak langka. Seiringnya zaman yang terus berkembang, korupsi sudah umum diterima bahwa itu terjadi di hampir setiap organisasi.

Dikutip dari website kpk, berikut 6 kebiasaan yang tanpa kita sadari sebenarnya termasuk Korupsi :

1. Suka Berbohong

Dengan memegang teguh nilai integritas, kita juga bisa menghindari perilaku koruptif lainnya di keseharian. Walau tidak termasuk tindak pidana, namun perilaku koruptif di keseharian harus dihindari agar tidak menjadi sebuah kebiasaan. Jangan sampai, tindakan koruptif yang sudah menjadi tabiat mendorong seseorang korupsi di pekerjaannya.

Perilaku koruptif di keseharian ini bisa terjadi pada anak usia dini. Misalnya berbohong kepada orang tua, bolos sekolah, mencontek, atau mencuri, yang jika didiamkan akan terbawa ketika dia dewasa.

2. Memberi “Uang Damai” saat Ditilang Polisi

Kalau yang satu ini cukup sering terdengar dalam keseharian, atau jangan-jangan kamu pernah terpaksa melakukannya? Jangan diulangi, deh. Jika kebiasaan seperti itu dipertahankan dalam lingkunganmu, sama aja kamu membiarkan cikal bakal korupsi dalam diri.

Apa pun alasannya, lagi dikejar waktukah atau ‘takut’ berurusan dengan hukum alias nggak mau ribet, jangan. Lebih baik ikuti tata cara sidang dan pembayaran denda tilang yang sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung No. 12 Tahun 2016. Kalau prosedurnya jujur, denda yang sudah kamu bayarkan akan dikembalikan, kok. Risikomu hanya SIM ditahan dan harus ke Pengadilan Negeri untuk mendapatkannya kembali. Gak susah-susah amat sebenarnya, kan?

3. Copy-paste Pekerjaan Orang Lain

Disadari atau enggak, tindakan copy-paste pekerjaan orang lain nggak hanya akan merugikanmu, tapi juga orang orang-orang di sekitarmu. Dalam lingkungan pekerjaan, kalau kamu terbukti copy-paste, kamu bisa diberi sanksi atau dikeluarkan dari perusahaan. Jadi, lebih baik hargai usahamu sendiri--seperti apa pun hasilnya--daripada meng-copy-paste pekerjaan orang lain. Kalau mandek, jangan sungkan minta tolong orang lain.

4. Sering Ngaret

Selintas mungkin sulit menghubungkan kebiasaan ngaret dengan tindakan korupsi. Tapi, jangan sepelekan kebiasaan ngaret. Korupsi bukan cuma wujud uang, melainkan juga waktu. Disadari atau enggak ketika ngaret, kamu turut menguras waktu orang lain karena menunggumu.

Perilaku koruptif keseharian juga bisa dilakukan oleh karyawan, misalnya menggunakan fasilitas kantor untuk keperluan pribadi, pulang kantor sebelum waktunya, atau tidak melakukan pekerjaan dengan baik.

5. Mark-up saat Membuat Laporan Keuangan

Indonesia Corruption Watch mencatat, sepanjang 2018 terdapat 76 kasus korupsi dengan modus mark-up anggaran. Buat kamu yang belum tahu istilah mark-up, artinya sama dengan curang atau mempermainkan anggaran. Dari contoh korupsi modus mark-up, dana yang dilaporkan bisa jadi dilebihkan atau diada-adakan (dana fiktif). Di bidang apa pun pekerjaanmu, terutama yang mengatur anggaran, jangan pupuk kecenderungan untuk mark-up laporan keuangan sama sekali.

6. Memanfaatkan Fasilitas Kantor untuk Kepentingan Pribadi

Memanfaatkan fasilitas kantor memang boleh-boleh saja, selama berhubungan dengan pekerjaanmu di kantor itu. Sesekali mungkin ada keinginan menggunakan fasilitas kantor untuk mengerjakan pekerjaan luar di jam kantor. Sebaiknya kamu hindari deh keinginan itu. Risiko ketahuan cukup tinggi, apalagi jika kamu sampai dipecat dari kantor gara-gara ini--yang rusak bukan hanya kepercayaan kantor sama kamu, melainkan masa depan kamu juga.

 (RIN)

(Rani Hardjanti)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement