JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan bahwa prediksi dan proyeksi yang disampaikan pemerintah seperti harga minyak mentah di 2023 berdasarkan data dari lembaga-lembaga kompeten.
“Kalau mengenai harga minyak, kita menggunakan dari international energy agency. Kita melihat berbagai proyeksi yang dilakukan oleh lembaga-lembaga yang memang memiliki spesialisasi dan kompetensi. Oleh karena itu, untuk Undang-Undang APBN 2023, kita menggunakan asumsi untuk harga minyak itu di atas USD90/barel. Kita anggap itu relatif mencerminkan seperti situasi sekarang,” ungkap Sri, dikutip Kamis (8/9/2022).
Baca Juga: Sri Mulyani: Laporan Keuangan Pemerintah Kembali Dapatkan WTP Sejak 2016
Dalam kesempatan tersebut, dia mengungkapkan pula terdapat dua faktor yang menentukan harga minyak ini. Pertama pemulihan ekonomi dunia, kedua suasana geopolitik Rusia-Ukraina.
Baca Juga: Sri Mulyani Pede Defisit APBN 2023 Kembali di Bawah 3% Pasca-Pandemi Covid-19
Pemulihan ekonomi dunia ditentukan dengan inflasi, pergerakan suku bunga, dan juga keadaan ekonomi negara-negara maju seperti Eropa dan Amerika yang kemungkinan akan mengalami resesi. Sri mengatakan, kalau perekonomian dunia melemah maka permintaan terhadap minyak akan menurun, sehingga ada kemungkinan harga akan terkoreksi ke bawah.