Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Sederet Tantangan Industri Hulu Migas Menuju Transisi Energi

Zuhirna Wulan Dilla , Jurnalis-Rabu, 21 September 2022 |15:30 WIB
Sederet Tantangan Industri Hulu Migas Menuju Transisi Energi
Pameran dan Konvensi IPA ke-46. (Foto: IPA)
A
A
A

JAKARTA - Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia menggarisbawahi pentingnya mengatasi tantangan perubahan iklim dan transisi energi menuju Net Zero Emission pada 2060.

Dia mengatakan peran minyak dan gas bumi dalam transisi energi sangat penting karena bahan bakar fosil masih memegang peranan penting dalam tuntutan pemenuhan energi nasional.

“Untuk itu diperlukan proses transisi yang terukur dan harus mengelola sistem energi untuk disesuaikan,” ujarnya dalam Upacara Pembukaan Pameran dan Konvensi IPA ke-46 dengan tema Addressing the Dual Challenge: Meeting Indonesia’s Energy Needs While Mitigating Risks of Climate Change pada Rabu (21/9/2022) di Jakarta Convention Center (JCC).

 BACA JUGA:Kejar 1 Juta Barel, Menteri ESDM Minta RUU Migas Dikebut

Dia menambahkan kalau dalam konteks energi rendah karbon, peran gas alam sangat penting sebagai energi transisi sebelum dominasi bahan bakar fosil beralih ke energi terbarukan dalam jangka panjang.

“Tentu saja, transisi energi ini akan dilakukan dalam beberapa tahap dengan mempertimbangkan daya saing, biaya, ketersediaan, dan keberlanjutan," jelasnya.

Menurutnya, untuk mencapai keseimbangan antara peningkatan produksi minyak dan gas dan target emisi karbon, diperlukan inovasi teknologi rendah emisi misalnya melalui penerapan CCUS.

Saat ini ada 14 proyek CCS/CCUS di Indonesia, namun semua kegiatan masih dalam tahap studi/persiapan, namun sebagian besar ditargetkan onstream sebelum 2030.

“Salah satu proyek menjanjikan yang akan dilaksanakan dalam waktu dekat adalah Tangguh Enhanced Gas Recovery (EGR) dan CCUS. Proyek ini bertujuan untuk mengurangi emisi karbon sekitar 25 juta ton CO2 hingga tahun 2035 serta meningkatkan produksi hingga 300 BSCF hingga 2035. Tangguh EGR/CCUS dapat menjadi role model pengembangan gas di Indonesia ke depan,” bebernya.

Dia memastikan bahwa pemerintah sedang menyusun Peraturan Menteri tentang CCS/CCUS. Pada langkah pertama, fokus utama adalah mengatur CCS/CCUS untuk Enhanced Oil Recovery, Enhanced Gas Recovery atau Enhanced Coal Bed Methane di wilayah kerja migas.

“Kami masih memfinalisasi draf dan peraturan ini menjadi salah satu prioritas kami,” tegasnya.

Dia juga optimis melalui kerjasama internasional industri migas dapat mengatasi semua tantangan dengan menerapkan semua teknologi yang dapat lebih membantu untuk mengurangi emisi gas rumah kaca menuju Net Zero Emissions.

“Kami mengundang kontribusi semua pemangku kepentingan terkait dalam mengeksplorasi, memproduksi dan mengembangkan sektor migas Indonesia, serta memunculkan inovasi-inovasi baru dan solusi memuaskan yang akan membawa kesejahteraan bagi kita semua,” ungkap.

Adapun Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Panjaitan turut menyampaikan bahwa industri migas tetap strategis bagi pembangunan ekonomi Indonesia.

Menurutnya, peran industri ini bahkan lebih signifikan karena Indonesia mendukung Perjanjian Paris untuk mencapai emisi nol bersih pada tahun 2050 atau sebelumnya dengan menyediakan energi bersih yang sangat dibutuhkan yang membantu kita bertransisi ke lebih banyak energi terbarukan dalam bauran energi.

Halaman:
Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement