Share

Kabar Buruk dari Sri Mulyani: Ekonomi Dunia Dipastikan Resesi di 2023

Michelle Natalia, Sindonews · Selasa 27 September 2022 08:08 WIB
https: img.okezone.com content 2022 09 27 320 2675582 kabar-buruk-dari-sri-mulyani-ekonomi-dunia-dipastikan-resesi-di-2023-Mk0PxRbbJI.jpg Kabar buruk dari Sri Mulyani (Foto: Okezone)

JAKARTA – Kabar buruk dari Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. Dia mengungkapkan ekonomi dunia dipastikan resesi di 2023.

"Resesi ini dipicu oleh banyak bank sentral negara di dunia yang secara bersamaan menaikkan suku bunga secara ekstrim. Hal ini kemudian memicu inflasi, yang kemudian membuat dunia pasti mengalami resesi di 2023," ungkap Sri di Jakarta, dikutip Selasa(27/9/2022).

Dia pun juga memantau Bank Sentral Amerika Serikat (AS) The Fed yang tentunya akan terus menaikkan suku bunga acuan hingga inflasi AS terkendali.

"Suku bunga Inggris di 2,25%, naik 200 bps selama tahun 2022. AS sudah mencapai 3,25%, mereka menaikkan lagi 75 bps. Ini merespon bahwa inflasi 8,3% masih belum acceptable," tandasnya.

Sri juga menjelaskan kenaikan suku bunga juga terjadi di beberapa negara, contohnya Brazil yang menaikkan suku bunga hingga 13,7%, naik 450 bps selama 2022, dan suku bunga Indonesia sendiri saat ini berada di level 4,25%.

"Pengetatan suku bunga yang dilakukan negara maju ini ditujukan untuk meredakan inflasi di negara mereka, dan kondisi ini diikuti oleh proyeksi pertumbuhan ekonomi global yang terkoreksi ke bawah," ucapnya.

Follow Berita Okezone di Google News

Performa perekonomian global, sebut dia, sudah nampak melemah terlihat dari indikator Purchasing Managers' Index (PMI) atau indeks manufaktur global yang menurun dari semula 51,1 menjadi 50,3 di Agustus 2022.

"Namun bila dilihat pada negera G20 dan ASEAN-6, hanya sejumlah 24% negara yang aktivitas PMI nya mengalami akselerasi dan ekspansi atau meningkat dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Sejumlah negara tersebut termasuk Indonesia, Thailand, Filipina, Rusia, Vietnam, dan Arab Saudi," paparnya.

Sri pun mencatat hanya 32% yaitu negara-negara seperti Amerika, Jepang, India, Malaysia, Brazil Australia, Singapura, dan Afrika Selatan yang performa PMI-nya mengalami perlambatan, atau kondisinya turun levelnya dari bulan sebelumnya.

"Dan bahkan 40% negara-negara ini, yaitu Eropa, Jerman, Italia, Inggris, Korsel, Kanada, Meksiko, Spanyol, dan Turki, sekarang PMI sudah masuk kepada level kontraksi. Artinya mayoritas melambat dan kontraktif,” pungkas Sri.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Berita Terkait

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini