JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menyatakan bahwa sejumlah dukungan pemerintah dalam pengembangan industri baterai nasional. Mulai dari regulasi hingga sejumlah fasilitas fiskal.
Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Pengembangan Industri Sektor ESDM Agus Tjahjana mengatakan bahwa industri baterai saat ini masih dalam tahap awal pengembangan, perlu percepatan untuk mengejar tahap industrialisasi seperti di Eropa, Tiongkok maupun Amerika Serikat (AS).
Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mendorong sejumlah dukungan pemerintah dalam pengembangan industri baterai nasional. Mulai dari regulasi hingga sejumlah fasilitas fiskal.
"Indonesia bisa mengejar ketertinggalan selain memiliki berbagai comparative advantages, juga memiliki komitmen pemerintah yang kuat untuk mempercepat pengembangan," kata Agus di Jakarta, dikutip Rabu (12/10/2022).
Agus mengatakan bahwa Indonesia memiliki bahan baku atau materai baterai kendaraan listrik. Tercatat ada enam perusahaan yang menggarap nikel di Indonesia dengan total produksi mencapai 240.000 ton per tahun.
"Dengan sumber daya tersebut maka Indonesia bisa menempati urutan dua dunia. Kita bisa 10 persen lebih. Ini nomor 2 apa nomor 3. Tapi itu baru di hulunya. Belum ke cell-nya," kata Agus.
Dia menuturkan, pemerintah telah menerbitkan larangan ekspor nikel sejak 2020 silam guna mendukung pengembangan industri hulu baterai tersebut. Untuk di hilir, pemerintah telah menyiapkan sejumlah insentif pajak.
"Mobil listrik berkembang, maka baterainya berkembang," tuturnya.
Sebagaimana diketahui, BUMN Holding Industri Pertambangan atau Mining Industry Indonesia (MIND ID) membeberkan 20 persen bahan baku untuk pengembangan industri baterai kendaraan listrik dalam negeri masih bergantung pada impor.
Direktur Hubungan Kelembagaan MIND ID Dany Amrul Ichdan mengatakan 20 porsi bahan baku baterai kendaraan listrik itu tidak dapat dipenuhi oleh pertambangan mineral logam domestik. Kendati demikian, Dany memastikan bahan baku utama berupa nikel relatif tersedia dengan jumlah cukup untuk menopang inisiatif industri kendaraan listrik mendatang.
“Nikel ini dimiliki oleh PT Antam, reserved cukup banyak dan IBC ini ditargetkan berdasarkan milestone menjadi market leader di Asia Tenggara,” kata Danny.
(Taufik Fajar)