Advertisement
Advertisement
Advertisement
Advertisement

Mentan: Presiden Tanya Kenapa Harga Beras Naik

Fayha Afanin Ramadhanti , Jurnalis-Senin, 17 Oktober 2022 |20:43 WIB
Mentan: Presiden Tanya Kenapa Harga Beras Naik
Presiden tanya kenaikan harga beras ke Mentan (Foto: Kementan)
A
A
A

JAKARTAPresiden Jokowi menanyakan soal kenaikan harga beras kepada Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Mentan mengklaim stok beras nasional hingga saat ini aman, meski terjadi kenaikan harga.

"Stok beras ketersediaannya cukup dan cukup aman, persoalannya Presiden tadi menanyakan kenapa harganya bisa naik," kata Syahrul dilansir dari Antara, Senin (17/10/2022).

Badan Pusat Statistik (BPS) memperkirakan produksi padi nasional mencapai 32,07 juta ton pada 2022, meningkat 0,72 ton atau 2,29% dibandingkan 2021 yang sebesar 31,36 juta ton.

Sedangkan potensi produksi beras nasional sepanjang tiga bulan ke depan pada Oktober-Desember 2022 diperkirakan sebesar 5,90 juta ton, meningkat 0,78 juta ton atau 15,12% dibandingkan 2021 yang berjumlah 5,13 juta ton.

"Pada dasarnya, BPS sudah melansir data terakhir terhadap pangan khususnya beras dan neraca kita menunjukkan posisi positif, stoknya bahkan meningkat 1,9% dari tahun-tahun sebelumnya," tambah Syahrul.

Untuk mengatasi kenaikan harga, Presiden Jokowi, menurut Syahrul, meminta Bulog untuk melakukan intervensi pembelian semaksimal mungkin.

"Sehingga dari posisi itu katakanlah netralisasi harga bersama mendag (menteri perdagangan). Kita diperintahkan sama-sama turun, mendag, mentan, Badan Pangan Nasional, dan Bulog untuk melakukan netralisasi di bawah Pak Menko dan kalau dilihat dari ketersediaan, neraca kita menunjukkan sangat positif bahkan pertumbuhannya cukup bagus," jelas Syahrul.

Syahrul menyebut sejumlah hal menjadi penyebab harga di lapangan tetap naik.

"Banyak faktor, faktor lapangan ya, dan tentu saja termasuk masalah logistik, transportasi dan berbagai hal dan itulah yang diminta semua kita untuk turun tangan menanganinya sehingga loncatan-loncatan itu bisa dikendalikan," ungkap Syahrul.

Namun Syahrul mengaku tidak mencampuri soal harga.

"(Harga) bukan domain saya, yang ada adalah neraca saya harus perbaiki, dengan Bulog saya akan kasih data saya di mana beras itu ada, panennya berapa, sesuai dengan data yang ada dari BPS kita," tambah Syahrul.

Menurut BPS, kontribusi terbesar beras ada di Pulau Jawa, yakni sebesar 56,12% atau 18 juta ton, di mana 31,07% produksi berada di Jawa Timur. Selanjutnya Pulau Sumatera sebesar 20,41% atau sebesar 6,55 juta ton, dengan provinsi dengan produksi terbesar yaitu Sumatera Selatan yang berkontribusi 24,20%.

Selanjutnya yakni Sulawesi yang berkontribusi 13,39% untuk memproduksi beras 4,30 juta ton. Daerah penghasil beras terbesar yakni Sulawesi Selatan. Kontribusi selanjutnya yakni sebesar 5,22% dari Bali dan Nusa Tenggara yang mencapai 1,67 juta ton dengan daerah produsen beras terbesar yaitu Nusa Tenggara Barat.

Terakhir yakni Kalimantan yang berkontribusi 4,26% dengan produksi beras 1,37 juta ton serta Maluku dan Papua sebesar 0,59% yang memproduksi 0,19 juta ton.

(Kurniasih Miftakhul Jannah)

Follow WhatsApp Channel Okezone untuk update berita terbaru setiap hari
Berita Terkait
Telusuri berita finance lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement