JAKATA - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia membahas sejumlah isu seperti soal krisis global, hilirisasi hingga kenaikan BBM saat menghadiri Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) ke-XV di Universitas Negeri Padang di Padang, Sumatera Barat, Senin (17/10/2022).
Di mana Bahlil tiba-tiba mencopot pin menterinya (Nayaka) dan mengajak debat terbuka para peserta Rakernas. Aksinya pun disambut riuh tepuk tangan mahasiswa.
“Saya copot dulu ini (pin). Mari kita buka-bukaan. Silakan tanya dan debat saya sekeras-kerasnya. Kalian mau kritik pemerintah, silakan! Di forum ini, saya minta untuk kita melakukan dialog yang konstruktif. Tidak apa-apa. Saya juga kan pernah berangkat dari sana (aktivis mahasiswa),” ujarnya dikutip Antara, Selasa (18/10/2022).
BACA JUGA:Wamen BUMN: Kita Investasikan Banyak Uang Bangun Konektivitas Ekonomi Digital
Dia menyebut ancaman krisis di dalam negeri tidak lepas dari dinamika krisis global yang datang silih berganti.
Kemudian, dia memaparkan Krisis global berawal dari perang dagang antara China dan Amerika Serikat, disusul krisis kesehatan yakni Covid-19, kemudian diperparah oleh perang antara Rusia dan Ukraina.
Selain itu, kini dunia tengah menanti di depan mata, ketegangan antara Taiwan dan China.
Lebih lanjut, Bahlil menyebut perang Ukraina dan Rusia telah melahirkan dua krisis besar yaitu krisis energi dan krisis pangan.
“Di hampir seluruh dunia terancam oleh kedua krisis ini, termasuk Indonesia,” imbuhnya.
Serta di sisi lain, kenaikan harga minyak dunia juga cukup membebani Indonesia lantaran Indonesia masih sangat bergantung pada impor minyak. Produksi minyak Indonesia hanya sebesar 700.000 barel per hari, sedangkan konsumsi minyak 1.500.000 barel per hari.
Akibatnya, kenaikan harga minyak dunia itu membuat subsidi BBM di dalam APBN membengkak hingga Rp635 triliun.
Lalu, Bahlil juga memaparkan perjuangan Indonesia dalam mendorong hilirisasi di pentas dunia, termasuk G20. Dia mengatakan, tidak semua negara G20 senang dengan program hilirisasi yang tengah digencarkan oleh pemerintah. Namun, Bahlil mengatakan, pihaknya berhasil menjadikan hilirisasi sebagai bagian dari agenda dunia di G20.
Hilirisasi, menurut Bahlil, akan mampu mengeluarkan Indonesia dari ancaman jebakan pendapatan menengah atau middle income trap untuk menuju negara maju.
Sebab itu, dalam mendorong realisasi investasi, pentingnya pemerataan ekonomi di seluruh daerah sebagai salah satu faktor untuk mendukung Indonesia Emas pada tahun 2045.
Dia pun menekankan pentingnya peran generasi muda khususnya mahasiswa untuk turut serta menggerakkan perekonomian daerah salah satunya melalui hilirisasi industri.
Hal ini bertujuan agar pengusaha daerah mendapatkan manfaat secara maksimal dari sumber daya alamnya dan dapat menjadi tuan di daerah sendiri.
Bahlil memaparkan bahwa hilirisasi dalam akselerasi industri menjadi suatu strategi untuk meningkatkan nilai tambah komoditas lokal dan membentuk pusat-pusat pertumbuhan ekonomi baru di daerah.
(Zuhirna Wulan Dilla)