JAKARTA - Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja bicara soal ancaman resesi ekonomi global tahun depan. Selain resesi melihat memang kondisi perekonomian dunia pada tahun depan akan sangat memprihatinkan karena adanya inflasi yang tinggi.
"Perkiraannya inflasi lumayan tinggi, sejauh ini kita lihat kurs mulai melemah walaupun masih jauh lebih baik dari negara lain. Tapi itu menyebabkan bahwa cost produsen, bahan baku dari import goods ya mau tidak mau, kita lihat harga minyak juga seperti yoyo, kemarin turun USD80-an, siang ini sudah naik lagi mendekati USD90 lagi," ungkap Jahja dalam Paparan Kinerja Keuangan BCA Triwulan III 2022, Kamis (20/10/2022).
Naik turunnya harga minyak tersebut membuat Jahja tidak mengetahui apa lagi yang akan terjadi, apalagi dalam waktu dekat akan masuk musim dingin. Kondisi-kondisi ini menurutnya akan membuat biaya produksi akan meningkat, dan akan berpengaruh ke masyarakat.
"Cost of produksi belum tentu bisa ditransaksikan ke daya jual. Buying power belum mandi. UMR masih minimal, tapi bansos dari pemerintah sangat menolong masyarakat. Buying power belum terlalu besar untuk yang bekerja, pabrik-pabrik tidak bisa naikin begitu mudah, bisa sedikit-sedikit atau belum naik kalau masih profit, ada juga yang resize packaging untuk mengakali cost," jelas Jahja.
Sementara itu, permintaan produksi CPO masih terus meningkat dan bukan tidak mungkin menambah lahan karena potensinya cukup baik. Selain itu, perusahaan tambang juga dikatakannya masih butuh tambahan tenaga kerja, tidak bisa dengan digital 100% serta masih butuh tenaga manusia.
"Seharusnya secara fisik butuh tenaga kerja, belum lagi transportasi kan ga bisa dari tambang jalan sendiri, butuh diangkut dan butuh transportasi. Ada juga tongkang-tongkang itu butuh tenaga kerja, nah ini sangat positif, tenaga kerja di daerah tidak cukup untuk menampung itu, jadi dari Jawa bisa ke sana," papar Jahja.
Menurut Jahja, income bisa dibagi ke tempat mereka bekerja, seperti Kalimantan, Sulawesi, dan akan jauh lebih cepat pertumbuhan ekonominya.
"Tentu ada saving sebagian hasil gaji kirim ke rumah. Jawa akan menambah belanja, hipotesa ini secara individu. Pintar-pintar apa yang laku dan bisa dijual bagi pengusaha, kalau ini aman mudah-mudahan tidak terjadi resesi. Ekspansi ada, untuk investasi kalau nanti keadaan membaik, demand bertambah bisa tambah produksi, tapi betul-betul dihitung yakin dana cukup agile untuk pengembangan usaha," pungkas Jahja.
(Kurniasih Miftakhul Jannah)