JAKARTA - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menilai ekonomi global berada pada fase stabil menuju akhir 2025. Meski demikian, tekanan risiko fiskal dan arah kebijakan moneter dinilai tetap membayangi prospek tahun depan.
Ketua Dewan Komisioner OJK Mahendra Siregar menjelaskan, stabilitas global terlihat dari aktivitas manufaktur di sejumlah negara maju yang kembali berada pada zona ekspansi.
"Perekonomian global relatif stabil yang ditandai dengan aktivitas manufaktur global berada di zona ekspansi," ujarnya dalam konferensi pers RDKB, Kamis (11/12/2025).
Namun, ia menekankan bahwa sentimen pasar menuju 2026 masih berhati-hati. Mahendra menyebut risiko fiskal dan kenaikan imbal hasil/yield obligasi jangka panjang menjadi perhatian utama pelaku pasar di berbagai negara.
Di Amerika Serikat, dinamika ekonomi dinilai menunjukkan kondisi yang beragam. Penutupan pemerintahan/shutdown selama 43 hari memberikan tekanan tambahan terhadap aktivitas ekonomi, sementara pasar tenaga kerja mulai termoderasi.
"The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis points namun tetap memberikan sinyal hawkish di tengah tekanan fiskal," kata Mahendra.
Dari China, sejumlah indikator permintaan dinilai masih lemah. Pertumbuhan ekonomi pada triwulan III melambat, sementara konsumsi rumah tangga tertahan.
Mahendra menyampaikan penjualan ritel dan sektor properti juga mencatat perlambatan yang menambah tantangan pemulihan ekonomi negara tersebut.