Share

Hitung-hitungan Sebelum Ajukan Paylater, Awas Terlilit Utang Tak Bisa Bayar!

Clara Amelia, Okezone · Jum'at 30 Desember 2022 08:37 WIB
https: img.okezone.com content 2022 12 30 622 2736959 hitung-hitungan-sebelum-ajukan-paylater-awas-terlilit-utang-tak-bisa-bayar-JDScGzkKGM.png Risiko Ajukan Paylater. (Foto: Okezone.com/Freepik)

JAKARTA - Anak muda Indonesia mesti paham betul dengan risiko menggunakan paylater. Meski mudah menggunakannya, tapi ada risiko besar dan jangan sampai terlilit utang.

Menurut Peneliti Institute for Development of Economic Studies (Indef) Nailul Huda, dengan segala kemudahan untuk mengajukan paylater, masyarakat khususnya kaum muda untuk benar-benar mempertimbangkan tujuan penggunaannya.

“Apakah itu benar-benar untuk kebutuhan atau hanya keinginan? Kalau barang itu lebih untuk tujuan konsumtif dan tidak akan menghasilkan uang, lebih baik membayar tunai,” ujar Nailul, dikutip dari BBC Indonesia, Sabtu (31/12/2022).

Baca Juga: Paylater Bikin Anak Muda Indonesia Terlilit Utang

Pengguna juga harus bisa mengukur kemampuan finansialnya sendiri dan memastikan total cicilan utang tidak melebihi 30% dari pendapatannya.

“Jangan sampai kalau misalnya pendapatan Rp6 juta, lalu utangnya sampai sebesar Rp3 juta. Kalau seperti itu biaya hidup sehari-harinya bagaimana?” kata dia.

Baca Juga: Nyaman dan Mudah, Inilah 8 Keuntungan Menggunakan PayLater

Dia juga mengingatkan risiko-risiko lain yang mengintai. Salah satunya kesulitan mengajukan kredit-kredit lainnya, seperti cicilan rumah karena skor kredit yang buruk ketika dilakukan BI checking.

Belum lagi risiko harus menghadapi teror dari penagih utang, entah itu melalui telepon bahkan didatangi langsung.

Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum bisa mengelola keuangan dan kredit, sehingga fitur-fitur seperti ini alih-alih menjadi bermanfaat justru menjadi jebakan, kata Nailul Huda.

“Karena pengetahuan mendalam mengenai pinjaman rendah, risikonya juga tidak diketahui secara mendalam,” jelas Nailul.

Follow Berita Okezone di Google News

Di saat yang sama iklan menggiurkan yang disampaikan oleh para penyedia layanan “tidak sebanding” dengan edukasi soal risikonya.

“Sebetulnya dari unsur perusahaan juga harus fair untuk menunjukkan sisi risikonya, dan di sisi lain masyarakat juga harus paham ketika ternyata bunganya lebih besar dibandingkan dengan fasilitas kredit lainnya,” kata Nailul.

“Tapi kita nggak bisa berharap lebih ke perusahaan, pasti akan mengedepankan manfaatnya ketimbang risikonya,” jelas dia.

1
2
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis Okezone.com tidak terlibat dalam materi konten ini.

Bagikan Artikel Ini

Cari Berita Lain Di Sini