JAKARTA - Anak muda Indonesia mesti paham betul dengan risiko menggunakan paylater. Meski mudah menggunakannya, tapi ada risiko besar dan jangan sampai terlilit utang.
Menurut Peneliti Institute for Development of Economic Studies (Indef) Nailul Huda, dengan segala kemudahan untuk mengajukan paylater, masyarakat khususnya kaum muda untuk benar-benar mempertimbangkan tujuan penggunaannya.
“Apakah itu benar-benar untuk kebutuhan atau hanya keinginan? Kalau barang itu lebih untuk tujuan konsumtif dan tidak akan menghasilkan uang, lebih baik membayar tunai,” ujar Nailul, dikutip dari BBC Indonesia, Sabtu (31/12/2022).
Baca Juga:Â Paylater Bikin Anak Muda Indonesia Terlilit Utang
Pengguna juga harus bisa mengukur kemampuan finansialnya sendiri dan memastikan total cicilan utang tidak melebihi 30% dari pendapatannya.
“Jangan sampai kalau misalnya pendapatan Rp6 juta, lalu utangnya sampai sebesar Rp3 juta. Kalau seperti itu biaya hidup sehari-harinya bagaimana?” kata dia.
Baca Juga:Â Nyaman dan Mudah, Inilah 8 Keuntungan Menggunakan PayLater
Dia juga mengingatkan risiko-risiko lain yang mengintai. Salah satunya kesulitan mengajukan kredit-kredit lainnya, seperti cicilan rumah karena skor kredit yang buruk ketika dilakukan BI checking.
Belum lagi risiko harus menghadapi teror dari penagih utang, entah itu melalui telepon bahkan didatangi langsung.
Menurutnya, masih banyak masyarakat yang belum bisa mengelola keuangan dan kredit, sehingga fitur-fitur seperti ini alih-alih menjadi bermanfaat justru menjadi jebakan, kata Nailul Huda.
“Karena pengetahuan mendalam mengenai pinjaman rendah, risikonya juga tidak diketahui secara mendalam,” jelas Nailul.
Follow Berita Okezone di Google News