JAKARTA - Perusahaan energi menjadi sektor paling cuan sepanjang 2022. Hal ini karena terjadi peningkatan harga komoditas seperti minyak yang melonjak di tahun ini.
Berdasarkan catatan Bursa Saham AS, Wall Street, sektor energi mencatat keuntungan tahunan sebesar 59% karena harga minyak melonjak.
Padahal sektor-sektor lain seperti properti, keuangan hingga pertumbuhan mengalami tekanan karena ekonomi menunjukkan resesi, ketegangan geopolitik termasuk perang Ukraina, dan kasus COVID China yang melonjak serta ketidakpastian atas Taiwan.
Baca Juga: Dulu Sering Dihina, Ini Kisah Mantan OB Jadi Triliuner Berkat Jualan Ayam
Saham-saham pertumbuhan berada di bawah tekanan dari kenaikan imbal hasil selama sebagian besar tahun 2022 dan telah berkinerja buruk dibandingkan dengan rekan-rekan mereka yang terkait secara ekonomi, membalikkan tren yang telah berlangsung selama sebagian besar dekade terakhir.
Apple Inc, Alphabet Inc, Microsoft Corp, Nvidia Corp, Amazon.com Inc, Tesla Inc adalah hambatan terburuk pada indeks saham pertumbuhan (growth stocks) S&P 500 yang anjlok antara 28% dan 66% pada tahun 2022.
Indeks saham pertumbuhan S&P 500 turun sekitar 30,1% tahun ini, sedangkan indeks value stocks turun 7,4% karena investor lebih memilih sektor yang menghasilkan dividen tinggi dengan pendapatan stabil seperti energi.
Baca Juga: 5 Orang Terkaya Pemilik Air Minum Kemasan RI, Siapa yang Menang?
"Pasar perumahan benar-benar melambat dan nilai rumah telah menurun dari level tertinggi awal tahun ini," kata Penasihat Investasi dan Manajer Portofolio Cozad Asset Management, J Bryant Evans, dikutip dari Antara, Sabtu (31/12/2022).
"Itu mempengaruhi kerangka berpikir orang dan benar-benar mempengaruhi pengeluaran mereka sedikit," sambungnnya.
Secara indeks utama Wall Street terlihat, tiga indeks utama membukukan penurunan tahunan pertama sejak 2018 ketika era kebijakan moneter yang longgar berakhir dengan laju kenaikan suku bunga tercepat Federal Reserve sejak 1980-an.
Sepuluh dari 11 indeks di S&P 500 berakhir melemah dan dipimpin sektor real estat dan utilitas. Secara tahunan, indeks S&P 500 melemah 19,4% atau penurunan kapitalisasi pasar sekitar USD8 triliun.
Sedangkan Nasdaq yang ramai akan perusahaan teknologi anjlok 33,10%, dan indeks Dow Jones Industrial Average melemah 8,9%.
Persentase penurunan tahunan untuk ketiga indeks Wall Street menjadi yang terbesar sejak krisis keuangan 2008. Di mana sebagian besar didorong oleh penurunan saham-saham pertumbuhan, karena kekhawatiran atas kenaikan suku bunga Fed yang cepat meningkatkan imbal hasil obligasi pemerintah AS.
"Alasan makro utama berasal dari kombinasi peristiwa, gangguan rantai pasokan yang sedang berlangsung yang dimulai pada tahun 2020, lonjakan inflasi, keterlambatan The Fed memulai program pengetatan suku bunga dalam upaya untuk menahan inflasi," kata Kepala Strategi Investasi CFRA Research, Sam Stovall.
(Dani Jumadil Akhir)