MUAROJAMBI - Sudah sekitar 8 bulan ini, petani karet di Kecamatan Sungaigelam, Kabupaten Muarojambi, Jambi menjerit.
Hal itu karena harga karet berada dikisaran Rp7.000 per kilogram dari sebelumnya Rp8.000 per kilogram.
Salah seorang petani karet di Desa Kebun Sembilan, Kecamatan Sungai Gelam, Kabupaten Muarojambi, Jambi, Misria mengeluhkan harga karet yang tidak kunjung bergairah.
"Pendapatan kami merosot, harga karet Rp7.000 mas, dak naik-naik. Menjerit kami mas, mana harga sembako sekarang naik semua," ujarnya, Minggu (8/1/2023).
BACA JUGA:Ribuan Hektar Sawah di Pati Masih Terendam Banjir, Petani Merugi Hingga Puluhan Miliar Rupiah
Dia menambahkan, selain harganya murah, hasil produksi karet saat ini juga menurun, lantaran kondisi daunnya yang berguguran.
"Sudah trek, getahnya berkurang, gak naik-naik harganya. Harapannya semoga dinaikkan harganya," imbuh Misria.
Hal senada juga diungkapkan Mualim yang juga Ketua RT 18, Desa Kebun Sembilan.
"Petani karet di desanya saat ini mengeluh semua akibat dari dampak anjloknya harga karet. Malah sembako mahal, belum lagi biaya anak sekolah," tukasnya.
Dirinya mengenang harga karet seperti masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang sempat menembus harga Rp20.000 per kilogram.
"Pada masa Pak SBY, petani karet cukup bergairah. Harga karet sempat menembus harga Rp20.000 mas. Kami berharap harga karet kedepan bisa kembali diatas Rp10.000 per kilogramnya," harap Mualim.
Sementara itu hal yang sama juga diutarakan oleh Selamet,
Terpisah, salah seorang petani karet di Desa Sungai Gelam, Kecamatan Sungaigelam, Selamet mengatakan harga karet yang ideal ditingkat petani saat ini minimal Rp15.000 perkilogram.
Sementara saat ini harga jual karet dari petani ke tengkulak bertahan Rp7.000 sejak hampir 8 bulan lalu.
"Harga karet lagi anjlok, gak stabil. Kalau bisa pemerintah harga karet ini dinaikan lah. Harga karet Rp7.000, gak ada perubahan," tuturnya.
Menurut dia, daun parah (pohon karet) lagi trek, ga ada getahnya.
Biasanya seminggu bisa dua pikol (200 kg), sekarang mentok-mentoknya hanya sepikol (100 kg).
Dengan harga yang masih mentok ini, mereka berharap pemerintah dapat memberikan solusi terbaik, sehingga harga
(Zuhirna Wulan Dilla)